Thursday, October 5, 2006

Membangunkan Sahur (dengan cara) yang Menyebalkan

Aku teringat masa-masa ketika menghabiskan bulan Ramadhan di desaku. Tiap pagi takmir musholla berusaha membangunkan warga menggunakan pengeras suara musholla. Beliau mengingatkan waktu sahur secara kontinyu sampai saat imsak.Dulu, ketika belum ada listrik dan pengeras suara, beberapa warga berkeliling sambil 'bernyanyi' "sahur sahur, ... sahur sahur" untuk membangunkan warga. Sahur sendiri bukan syarat sah puasa, tak sahur pun puasa tidak masalah. Memang lebih baik sahur untuk bekal puasa di siang harinya. Bagi yang kuat, tak saur pun puasa jg aman-aman saja.

Nah, di komplek perumahanku. Pengurus masjid setempat juga berinisiatif membangunkan warga tiap hari untuk makan sahur. Niat yang mulia. Hanya caranya yang aku tidak suka. Menyebalkan bagiku. Mereka mengutus anak-anak/remaja untuk keliling komplek sambil 'bernyanyi' dan memukul-mukul jirigen, botol, atau apapun untuk membuat bunyi-bunyian yang nyaring dan memekakkan telinga. Mereka berjalan pelan sambil bermusik. Ibaratnya mereka klotekan pas didepan kupingku, iya pas banget. Senyenyak apapun tidur pasti terbangun. Dari dalam rumah saja suaranya terasa memekakkan telinga, bagaimana suara aslinya, hmmmm.

Kenapa tidak memanfaatkan pengeras suara masjid yang biasa digunakan untuk adzan? Aku kira volume yang biasanya aku dengar saat adzan subuh cukup untuk memjangkau seluruh sudut komplek. Dan, suaranya tidak sampai membuat Kintan ikut terbangun. Kasihan. Selain kasian mama yang harus susah payah menidurkan kembali, juga kasihan Kintan (dan mungkin bayi-bayi lain di komplek) jadi terganggu istirahatnya. Bayangkan saja, Kintan baru tidur jam sebelasan. Jam 3 dia dipaksa bangun oleh suara berisik ‘alarm sahur’. Untungnya Kintan tidak begitu susah untuk ditidurkan kembali, kasihan bagi orangtua yang bayinya harus rewel dulu sebelum tidur. Apalagi warga yang tidak puasa (non muslim) yang pas juga punya bayi. Bete gak sih mereka? Saya yakin mereka juga bete. Walau mereka minoritas, tapi toleransi perlu kan?

Benar, niat yang baik harus juga diiringi perbuatan yang baik pula. Kesimpulannya : untuk pengurus masjid, gunakan cara yang lebih manusiawi, manfaatkan pengeras suara masjid untuk mengingatkan makan sahur.

4 comments:

Anonymous said...

hehe.. Afifah juga suka kaget dan bangun kalo rombongannya lewat :)

Memang membangunkan sahur itu gak ada contoh dari Nabi alias Bid'ah.. setiap bid'ah itu adalah sesat dan setiap sesat itu tempatnya di Neraka.

"Sahur sendiri bukan syarat sah puasa, tak sahur pun puasa tidak masalah. Memang lebih baik sahur untuk bekal puasa di siang harinya. Bagi yang kuat, tak saur pun puasa jg aman-aman saja."

weh.. Sahur itu utk membedakan puasanya muslim dengan puasa Ahli Kitab kang..
Dari Amru bin Ash bahwa Rasulullah bersabda :
Pemisah antara puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur. (Hadits riwayat Muslim)

sahur itu berkah pula..
Dari Salman, ia berkata, Nabi bersabda :
Barakah itu terdapat dalam tiga perkara , Al jamaah, tepung Tsarid dan sahur. (Hadits riwayat Thabrani)

Sahur adalah makanan berbarakah, maka janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya meminum seteguk air, karena sesungguhnya malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang bersahur. (Hadits riwayat Tirmidzi)

dan.. sahur itu adalah sunnah muakkadah, sunnah yang sangat dianjurkan..
Barangsiapa ingin berpuasa hendaknya bersahur dengan sesuatu (hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah)

Dan Nabi juga bersabda :
Bersahurlah karena sesungguhnya dalam sahur terdapat barakah(hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

dan jangan meninggalkan sahur.. ! :)
Dari Abdullah bin Al-Harits dari seorang sahabat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam : Aku masuk menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
ketika itu beliau sedang makan sahur, beliau bersabda.
"Artinya : Sesungguhnya makan sahur adalah barakah yang Allah berikan
kepada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan'" [Hadits Riwayat Nasa'i
4/145 dan Ahmad 5/270 sanadnya SHAHIH]

Ok.. semoga bermanfaat

Anonymous said...

terima kasih ilmunya Pak Eko :)

Pak Eko, klo 'mengingatkan saur' itu bidah, padahal saur sendiri termasuk sunnah yang diutamakan, artinya membangunkan saur = mendorong orang untuk melaksanakan sunnah.

Nah, bagaimana pemikiran spt itu Pak?

Anonymous said...

Lha, secara logika itu memang masuk akal.
tp Nabi gak pernah melakukan hal tsb tuh...

skrg gini aja, kalo tujuannya mo dapet pahala,
kenapa gak tiap hari aja.. mbangunin orang utk shalat shubuh ??
toh tujuannya malah "mendorong orang utk melakukan hal yg WAJIB" tho ??
sekalian aja tiap menjelang shubuh, keliling kampung atau komplek gitu..

itu juga masuk akal tho.. secara logika lebih berpahala malah..karena WAJIB lebih utama dari SUNNAH. ya tho ?

so... ISLAM itu adalah apa2 yg datang dari Allah dan Rasul-nya maka laksanakan,
yg masuk akal mau yg tidak, bila sudah Firman Allah dan Sabda Rasul.. maka laksanakan. dan ISLAM itu sudah sempurna, gak perlu ditambahin2 lagi..

Anonymous said...

--REVISED--

Lha, secara logika itu memang masuk akal.
tp Nabi gak pernah melakukan hal tsb tuh...

skrg gini aja, kalo alasan dan tujuannya mo dapet pahala karena membangunkan orang utk melaksanakan sunnah,
kenapa gak tiap hari aja.. mbangunin orang utk shalat shubuh ??
toh tujuannya malah "mendorong orang utk melakukan hal yg WAJIB" tho ??
sekalian aja tiap menjelang shubuh, keliling kampung atau komplek gitu..mbangunin utk shalat shubuh..

itu juga masuk akal tho.. secara logika lebih berpahala malah..karena WAJIB lebih utama dari SUNNAH. ya tho ?

tapi Nabi gak pernah keliling kampung tuh utk membangunkan para shahabat..

so... ISLAM itu adalah apa2 yg datang dari Allah dan Rasul-nya maka laksanakan,
yg masuk akal maupun yg tidak, bila sudah Firman Allah dan Sabda Rasul.. maka laksanakan. dan ISLAM itu sudah sempurna, gak perlu di-tambah2-in lagi..