Sebelum menikmati libur panjang pesanan beberapa buku sudah tiba. Pesanan sebelumnya masih menyisakan satu buku tebal yang baru selesai, mmm mungkin seperdelapan dari ketebalannya. Cerita yang monoton dan datar membuat aku malas menyelesaikannya. Memang isinya bagus, pergulatan mental orang-orang dalam penjara. Tapi sayang hatiku belum 'grek'.
Libur datang. Kuisi dengan membeli bunga, sesekali membaca, menggendong Kintan, dan ... ini yang paling menyolok, begadang dan paginya bangun siang.
Libur kututup dengan mencari gordin, ke gramedia membeli setumpuk buku, dan makan steak di Margonda.
Mama hanya geleng-geleng kepala melihatku memborong novel-novel Indonesia klasik, hutang lagi bayarnya. Sambil tersenyum dan mengelus dada, begitu guyon ala kami. Hati kecilku berpendapat, itu bukan sekedar guyonan. Ada sesuatu dibaliknya. Mama memang bukan tipe frontal yang langsung mengutarakan pendapat jika ada sesuatu yang tidak mengenakkannya. Benar.
"Kapan main sama Kintan kalau bangunnya siang terus, jalan-jalan pagi, bersepeda?"
"Tidak terasa ya papa ditepuk-tepuk Kintan, seolah ingin membangunkan dan mengajak bermain?"
Tak kubalas kritik tersebut, karena memang benar begitu adanya. Jika besok libur, aku senang larut dalam begadang. Ada saja yang aku kerjakan, baca buku, mengolah foto, sampai yang ringan nonton TV. Seperti sebuah pelampiasan, pelarian untuk menghibur otak. Ya, kira-kira seperti itu. Jam 6 (kadang lebih) berangkat ke tempat kerja, sampai rumah lagi paling sore jam 6. 12 jam aku habiskan setiap harinya di hari kerja untuk beraktivitas di kantor. Mama juga.
Ya, aku tak boleh egois menuruti kata hati. Aku sudah punya mama dan Kintan, sudah seharusnya bersikap lebih dewasa, adil. Pikir-pikir, lebih banyak aku menghabiskan diri membacai novel daripada buku-buku perkembangan anak. Nah loh!
Maafkan papa ya sayang.
Buat mama, terima kasih kritiknya. Jangan sungkan untuk memberiku masukan dan kritik. Karena itu yang akan membangun kekompakan kita menjalani hari-hari. Mmmmuacchh!
Libur datang. Kuisi dengan membeli bunga, sesekali membaca, menggendong Kintan, dan ... ini yang paling menyolok, begadang dan paginya bangun siang.
Libur kututup dengan mencari gordin, ke gramedia membeli setumpuk buku, dan makan steak di Margonda.
Mama hanya geleng-geleng kepala melihatku memborong novel-novel Indonesia klasik, hutang lagi bayarnya. Sambil tersenyum dan mengelus dada, begitu guyon ala kami. Hati kecilku berpendapat, itu bukan sekedar guyonan. Ada sesuatu dibaliknya. Mama memang bukan tipe frontal yang langsung mengutarakan pendapat jika ada sesuatu yang tidak mengenakkannya. Benar.
"Kapan main sama Kintan kalau bangunnya siang terus, jalan-jalan pagi, bersepeda?"
"Tidak terasa ya papa ditepuk-tepuk Kintan, seolah ingin membangunkan dan mengajak bermain?"
Tak kubalas kritik tersebut, karena memang benar begitu adanya. Jika besok libur, aku senang larut dalam begadang. Ada saja yang aku kerjakan, baca buku, mengolah foto, sampai yang ringan nonton TV. Seperti sebuah pelampiasan, pelarian untuk menghibur otak. Ya, kira-kira seperti itu. Jam 6 (kadang lebih) berangkat ke tempat kerja, sampai rumah lagi paling sore jam 6. 12 jam aku habiskan setiap harinya di hari kerja untuk beraktivitas di kantor. Mama juga.
Ya, aku tak boleh egois menuruti kata hati. Aku sudah punya mama dan Kintan, sudah seharusnya bersikap lebih dewasa, adil. Pikir-pikir, lebih banyak aku menghabiskan diri membacai novel daripada buku-buku perkembangan anak. Nah loh!
Maafkan papa ya sayang.
Buat mama, terima kasih kritiknya. Jangan sungkan untuk memberiku masukan dan kritik. Karena itu yang akan membangun kekompakan kita menjalani hari-hari. Mmmmuacchh!
4 comments:
kalo dulu nasiib nasib jadi istrinya fotografer, sekarang nasiib nasib jadi istrinya pecinta novel, hahaha...
sebagai permintaan maaf, aku mau kok kalo ditraktir steak lagi, hehehe....
hehehe, dulu aku tinggal di pelabuhan sunda kelapa ya? :D
sekarang masih ma, cuma nambah. Dulu istri fotografer, sekarang istri fotografer, pembaca novel, dan blogger, hahahaha
kapan ya kita bisa makan di abuba? asli mama harus merasakan steaknya abuba deh. bukan promosi lho :D
hmmm... yah mau istri fotografer kek, fotografer plus plus kek, yang sama cuma ngelus dada sambil sabar aja, haha...
kapan abuba? besok sore? :p
kalau mama bisa ngabur ayo deh, hehehe. Ngajak bu iya juga gpp, aku yang traktir :D
Post a Comment