Friday, March 24, 2006

Depok Express Pagi Ini

Tetap Berdiri

Semalam mama mengajak naik KRL, karena capek naik motor Depok-Jakarta. Harus bangun lebih pagi nih. Aku sampai terbangun lebih dari 3 kali dari jam 1 sampai adzan Subuh, untuk melirik jam. Alhamdulillah bisa bangun tepat waktu.

Kali ini kami mencoba strategi lain untuk mendapatkan tempat duduk. Berangkat dari Depok Baru, beli tiket dari calo, 1000 rupiah lebih mahal. Asyik dapat tempat duduk! Tapi ada yang mengganjal, kenapa banyak kursi kosong tapi orang-orang memilih menggelar koran di sudut kereta dan dekat pintu yang tidak terbuka? Dalam hati, mungkin mereka merasa tidak beli tiket sehingga malu sama yang beli tiket. Kalau gak salah ada abonemen, dan pelanggan abonemen mutlak mendapat tempat duduk, sepenuh apapun kereta, pelanggan abonemen tetap VIP. Aku dan mama sadar bahwa tiket kami hanya tiket biasa, kalau kosong bisa duduk kalau diusir pelanggan VIP ya tidak apa-apa. Benar juga, setelah pindah ke gerbong lain yang agak penuh tempat duduknya, kami memilih duduk di pojok, kereta belum beranjak dari Depok Lama aku sudah digusur seorang ibu hamil, pegawai negeri menurut perasaanku. Strategi agak meleset ma :D.

Pisang Goreng di KRL

Pukul setengah tujuh kurang lima kereta diberangkatkan. Lokasi kami ada didekat sambungan gerbong. Disitu sudah berkumpul beberapa orang, laki-laki dan perempuan. Dari dialog yang aku dengarkan, disimpulkan bahwa mereka itu geng penghuni sambungan gerbong, pasti setiap pagi mereka akan menggerombol disitu. Yang unik, ada satu bapak-bapak yang berbicara agak keras, "Pisang goreng, pisang goreng". Oala, ternyata si bapak ini menyediakan sarapan bagi gengnya, menunya : pisang goreng, bakwan, lontong isi. Tidak tahu pasti harga per menu. Setelah menyerahkan segulung rupiah ribuan, mereka bercengkerama sambil menikmati sarapan pagi. Kreatif juga si bapak ini :).

Salam Tempel

Tak lama setelah geng disebelahku menikmati sarapan, giliran masinis yang 'sarapan'. Dari sekian banyak penumpang disekitarku, kulirik hanya beberapa saja yang meyerahkan tiketnya untuk dilubangi. Wow! Memang bukan barang aneh, sudah tradisi kata sebagian orang. Tentu lain bagi yang abonemen, mereka bayar didepan untuk satu bulan. Gampang saja mengetahui mana yang abonemen mana yang tidak, dari tempat duduk. Pantas saja infratruktur trasnportasi kereta di JABODETABEK begitu-begitu saja.

Keberuntungan Mama

Sampai di Gambir langsung ganti kopaja 20. Masih berdiri juga, hehehe. Emang nasib kita ma. Melewati kawasan Kuningan yang semrawut akibat pembangunan monorel. Tak apa-apa. Memang harus begitu, setiap gebrakan maju perlu pengorbanan. Mama berkali-kali melihat jam, nyaris setengahdelapan. Air muka mama terlihat bete :D. Mama turun di bawah jembatan penyeberangan depan kantornya. Aku turun diperempatan Kuningan. Krek, krek ... hpku bergetar. Sms dari mama, "Ye ye ye! 07.29". Ahaaa, beruntung ma. Ini untuk kali pertama naik KRL dan tidak telat sampai kantor. Di kantor mama, terlambat 1 menit efeknya harus pulang 30 menit lebih lambat. Misalnya datang pukul 7.31 ya harus pulang 17.00. Padahal kalau absen jam 7.30 masih bisa pulang jam 16.30. Semoga kantorku tidak menetapkan kebijakan seperti pabrikpancinya mama :D.

Tak terasa pesanan nasgorku (telurnya dua, satu dipisah satunya dicampur) sudah datang, ... aku sarapan dulu Ma!

No comments: