Weekend kemarin aku, Mama, dan Kintan jalan-jalan ke rumah teman yang baru pindahan. Lokasinya lumanayan jauh, ada di kawasan Bojong Gede, kabupaten Bogor. Dia dan keluarganya menempati rumah baru di area pembangunan yang baru pula. Karena masih baru akses menuju kerumah dia juga masih ala kadarnya, asal bisa lewat. Ketika motor melintasi jalan yang asal bisa lewat itu kami terpeleset. Ban motor tidak bisa menapak dengan kuat di tanah. Selalu terpeleset ke kiri dan ke kanan. Mama yang menggendong Kintan hampir jatuh. Yang pasti syok jg, hehehe. Eh, ndilalah ketika kami sudah berhasil lewat dengan mama jalan kaki aku naik motor sendiri pelan-pelan ada seorang pengendara motor yang tenang-tenang saja lewat jalan tersebut. Pasti dong muncul perasaan bersalah di benakku karena tidak memperhatikan kalau ban motorku sudah saatnya ganti.
Jika aku tidak salah sudah beberapa kali terlepeset dalam kondisi pelan dan tidak sampai jatuh. Di lampu merah Mampang, kemudian di Bojong, dan yang terakhir di parkiran ITC Depok. Cukup, cukup. Sudah keterlaluan. Semalam ban depan-belakang sudah aku ganti.
Begitulah kalau punya mental hanya sebagai user, pengguna. Tak peduli perawatan. Entah karena tidak ada waktu lagi tuk merawat atau memang sudah tidak ambil pusing yang penting bisa jalan dan kalau sudah rusak ya beli lagi, anggap saja nila investasinya sudah susut sampai titik 0%. Ada indikasi kuat aku termasuk kategori diatas, hehehe. Dan aku yakin di JABODETABEK banyak orang-orang bertipikal user, apalagi para komuter yang tiap hari keluarmasuk ibu kota. Sudah mirip bis malam aja, antar kota antar propinsi :D. Tentu saja orang-orang seperti bisa dilihat sebagai peluang bisnis.
Di bengkel-bengkel resmi seperti Ahas, Suzuki atau Yamaha mereka punya database motor-motor yang pernah di servis disana. Entah apa saja yang mereka catat. Tapi dibenakku, jika aku sebagai pemilik bengkel tersebut akan mencatat detil servis atau penggantian sparepart. Data pemilik sudah pastilah. Setiap sparepart tentu punya masa aktif/umur, artinya ada waktu rata-rata kapan sparepart tersebut aus dan harus diganti sebelum ada malapetaka yang diakibatkan rusaknya sparepart tersebut. Berbekal informasi tersebut staf marketing akan menghubungi pelanggan dan memberi tahu :
"Selamat siang, dengan papakintan"
"Iya, bener mbak. Siapa ini"
"Maaf Pak mengganggu, kami dari bengkel Tanimakmur, bengkel tempat bapak servis motor 3 bulan lalu"
"Yang mana ya, kok saya lupa"
"Di data kami bapak melakukan penggantian ban luar depan-belakang dan kampas rem depan tanggal 26 Agustus lalu. Bapak Ingat?"
"Oh iya, ... iya iya. Ada apa ya?"
"Begini Pak, menurut perhitungan kami, saat ini sudah saatnya motor bapak ganti kampas rem belakang. Karena saat bapak servis yang lalu kami cek kampas rem belakang sudah tipis. Kalau tidak cepat diganti nanti bisa berakibat besi beradu besi dan ujung-ujungnya malah akan merusak as. Penggantiannya lebih mahal lho pak dibanding harga kampas rem belakang. Selain itu menurut perhitungan kami juga, sekarang sudah saatnya motor bapak ganti oli mesin karena jarak tempuh sudah lebih 2000 km. Jika Bapak bersedia kami akan mengirim teknisi ke tempat bapak untuk servis ditempat. Jadi bapak tidak perlu capek-capek ke bengkel kami."
"Oh, begitu ya mbak"
"Iya Pak. Jadi gimana Pak?"
"Ngomong-ngomong, berapa biaya servis ditemp..."
...
Tok tok tok, "Pa, cepetan mandinya. Ngapain aja sih didalam?", teriak mama.
Jika aku tidak salah sudah beberapa kali terlepeset dalam kondisi pelan dan tidak sampai jatuh. Di lampu merah Mampang, kemudian di Bojong, dan yang terakhir di parkiran ITC Depok. Cukup, cukup. Sudah keterlaluan. Semalam ban depan-belakang sudah aku ganti.
Begitulah kalau punya mental hanya sebagai user, pengguna. Tak peduli perawatan. Entah karena tidak ada waktu lagi tuk merawat atau memang sudah tidak ambil pusing yang penting bisa jalan dan kalau sudah rusak ya beli lagi, anggap saja nila investasinya sudah susut sampai titik 0%. Ada indikasi kuat aku termasuk kategori diatas, hehehe. Dan aku yakin di JABODETABEK banyak orang-orang bertipikal user, apalagi para komuter yang tiap hari keluarmasuk ibu kota. Sudah mirip bis malam aja, antar kota antar propinsi :D. Tentu saja orang-orang seperti bisa dilihat sebagai peluang bisnis.
Di bengkel-bengkel resmi seperti Ahas, Suzuki atau Yamaha mereka punya database motor-motor yang pernah di servis disana. Entah apa saja yang mereka catat. Tapi dibenakku, jika aku sebagai pemilik bengkel tersebut akan mencatat detil servis atau penggantian sparepart. Data pemilik sudah pastilah. Setiap sparepart tentu punya masa aktif/umur, artinya ada waktu rata-rata kapan sparepart tersebut aus dan harus diganti sebelum ada malapetaka yang diakibatkan rusaknya sparepart tersebut. Berbekal informasi tersebut staf marketing akan menghubungi pelanggan dan memberi tahu :
"Selamat siang, dengan papakintan"
"Iya, bener mbak. Siapa ini"
"Maaf Pak mengganggu, kami dari bengkel Tanimakmur, bengkel tempat bapak servis motor 3 bulan lalu"
"Yang mana ya, kok saya lupa"
"Di data kami bapak melakukan penggantian ban luar depan-belakang dan kampas rem depan tanggal 26 Agustus lalu. Bapak Ingat?"
"Oh iya, ... iya iya. Ada apa ya?"
"Begini Pak, menurut perhitungan kami, saat ini sudah saatnya motor bapak ganti kampas rem belakang. Karena saat bapak servis yang lalu kami cek kampas rem belakang sudah tipis. Kalau tidak cepat diganti nanti bisa berakibat besi beradu besi dan ujung-ujungnya malah akan merusak as. Penggantiannya lebih mahal lho pak dibanding harga kampas rem belakang. Selain itu menurut perhitungan kami juga, sekarang sudah saatnya motor bapak ganti oli mesin karena jarak tempuh sudah lebih 2000 km. Jika Bapak bersedia kami akan mengirim teknisi ke tempat bapak untuk servis ditempat. Jadi bapak tidak perlu capek-capek ke bengkel kami."
"Oh, begitu ya mbak"
"Iya Pak. Jadi gimana Pak?"
"Ngomong-ngomong, berapa biaya servis ditemp..."
...
Tok tok tok, "Pa, cepetan mandinya. Ngapain aja sih didalam?", teriak mama.
No comments:
Post a Comment