Tuesday, March 14, 2006

Cepu oh Cepu

Cuplikan berita dari tempo :
"Blok Cepu yang terletak di Bojonegoro, Jawa Timur, memiliki kandungan minyak dan gas dalam jumlah besar, sehingga menjanjikan energi masa depan buat Indonesia. Cadangan minyaknya diperkirakan mencapai 2 miliar barel, sedangkan cadangan gas mencapai 11 triliun kaki kubik. Dengan kandungan sebesar itu, Cepu diperkirakan bakal menjadi ladang minyak terbesar di Indonesia setelah Duri di Riau.

Dengan potensi sebesar itu, mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Kwik Kian Gie, kalangan DPR, dan Pertamina meminta agar kontrak pengelolaan blok migas oleh ExxonMobil yang berakhir pada 2010 tidak diperpanjang. Pertamina pun telah menyatakan kesanggupannya untuk mengelola ladang tersebut."

Dalam sebuah dialog di metroTV, acara BUMN forum, direktur baru Pertamina mengatakan bahwa Pertamina tidak sanggup mengoperatori Blok Cepu, karena terlalu besar.

Hari ini, tanggal 14 Maret 2006, menlu AS Condoleezza Rice dijadwalkan datang di Indonesia. Juru bicara Deplu mengatakan bahwa kunjungan menlu AS ini untuk membicarakan peningkatan kerja sama AS-Indonesia. Upeti yang besar sudah disiapkan oleh Indonesia, bukan main-main besarnya, Blok Cepu. Setelah emas di Papua, sekarang emas hitam di Cepu sebagai persembahan.

Indonesia semakin kehilangan harga diri. Pemerintah hanya bisa tunduk dibawah tapak kaki AS. Memang pemerintah membantah tidak ada tekanan dari pemerintah AS, tapi siapa yang percaya? Aku pikir hanya keluarga pejabat negara ini yang percaya (di mulut saja).

Kata-kata dirut Pertamina juga semakin membuat minder, Pertamina belum sanggup mengelola Blok Cepu. Kalau pendapat ini benar, bubarkan saja ITB, ITS dan sekolah teknik-teknik beken di negeri ini! Percuma ada sekolah-sekolah teknik itu kalau hanya bisa dikadalin orang bule.

Pagi ini ada dialog di RRI programa 2, narasumbernya anggota DPR dari PAN, Pak Drajad kalau tidak salah. Beliau bercerita bahwa beliau mendapat tamu dari komunitas ilmuwan (geologi dan geofisika), ilmuwan-ilmuwan tersebut merasa dilecehkan oleh Pertamina bahwa Indonesia belum sanggup mengelola sendiri Blok Cepu. Ilmuwan tersebut mengatakan tinggkat kesulitan di Blok Cepu hanya 4 (dari skala 10). Sama dengan di Tuban. Nah loh!

Jika kita memang tidak punya teknologi yang handal untuk eksplorasi, kenapa tidak kita beli teknologinya? Kirim saja ilmuwan negeri ini untuk belajar teknologi tersebut. Jika Amerika tidak mau membagi ilmunya, kenapa tidak ke Cina, Rusia atau negara-negara Eropa lain. Iran saja yang negaranya banyak konflik bisa menguasai teknologi nuklir.

Setelah Blok Cepu entah manalagi yang akan dijual oleh pemerintah.

No comments: