Dimulai dari kebingunan di Sabtu malam, kemanakah Rodex akan mengarah? Gilang menawarkan tuk gabung DCC tur ke Rumpin. Minggu pagi sudah hampir ikut, tapi ternyata Cank-Oot bertemu Pak Joko (tetangganya) dan bertiga kami mengarahkan sepeda ke selatan. Sarapan di pasar kaget kawasan Pemda Bogor-Cibinong (sebut saja Pemda). Agak membosankan memang. Tapi ternyata Pak Joko sebagai komandan mengajak kami berdua ke jalur-jalur alternatif yang seru. Melewati jalanan basah di hutan bambu yang tak tembus sinar matahari, melewati pinggiran empang dan sungai sampai menerobos rel kereta yang tak terpakai lagi. Dan yang pasti, udara segar bangettt, sangat menyehatkan.
Sesampai di Pemda rasa lapar mulai menghantui. Disinilah Cank-Oot sebagai penggemar wisata kuliner membuktikan nalurinya. Soto daging yang maknyossss. Rasanya tak rugi kalau entah kapan rombongan Rodex sarapan bareng di Pemda. Istri Cank-Oot saja sampai telp minta dioleh-olehin soto tersebut :D. Tapi ya apa daya, kami kan mau lanjut nyepeda.
Karena Pak Joko hendak menjemput anaknya, akhirnya tersisa kami berdua tuk melanjutkan acara nyepeda minggu. Memang ada kegundahaan jika habis nongkrong di Pemda, "mau kemana kita setelah ini?". Pulang kok masih pagi. Lanjut, lanjut kemana? Dan angin berbisik mengajak kami menjajal kawasan Sentul. Maksud hati ingin ke Hambalang, yang terkenal dengan nanjak, nanjak dan nanjak.
Sesampai di Sentul aku sempatkan tuk bertanya arah ke Hambalang, dan orang yang ditanya menunjuk ke arah bukit di belakang sirkuit Sentul. Ngehe' deh! Karena sudah siang diputuskan mencoba jalur lain, tidak lewat jalan biasa tapi lewat jalan terjal di tengah-tengah kebon singkong. Jalan ini hanya digunakan truk pengangkut batu tuk mengambil batu yang sudah dipecah-pecah oleh penduduk sekitar. Batu-batu tersebut lokasinya ada di atas bukit di lahan pertanian penduduk.
Ngehek, ngehek, ngehek, nafas rasanya ingin putus melahap tanjakan demi tanjakan. Jantung berdegup tak karuan. Derita tanjakan masih ditambah oleh teriknya sinar matahari. Nasib kalau kesiangan. Target kami adalah menara TPI. Erggggghhh. Hosh, hosh, hosh ... dan kami pun kelelahan. Cank-Oot melirik jam tangannya. Sudah siang. Jam 10 sudah lewat tapi kami masih jauh dari target. Akhirnya diputuskan tuk turun dan ke bengkel sepeda karena Cank-Oot merasa BB-nya gak beres. Turun sih turun, tapi capeknya sama saja. Jalan bergelombang akibat kikisan air ditambah bebatuan lepas membuat paha pegal karena menahan gonjangan dan keseimbangan agar tak terpeselet dari pedal, fatal kalau sampai jatuh dari atas sepeda yang meluncur dengan kecepatan tinggi. Performa ban benar-benar diuji.
Perjalanan pulang tidaklah istimewa. Penuh debu dan polusi jalan raya. Seperti rencana semula kami mampir di OKI. Di OKI kami ketemu Faizal yang upgrade sepeda. Frame Amoeba Hussar dikombinasikan grupset Deore dan shifter XT 2007 serta crank Truvativ. Cank-Oot ingin memeriksakan kesehatan BB-nya. Setelah cek n ricek ternyata masalah bunyi yang menggangggu bukan dari BB, melainkan dari pedal. Tapi bukan pedal yang dibeli Cank-Oot, melainkan hydropack :D.
---
Foto oleh Cank-Oot dan aku sendiri.
Karena Pak Joko hendak menjemput anaknya, akhirnya tersisa kami berdua tuk melanjutkan acara nyepeda minggu. Memang ada kegundahaan jika habis nongkrong di Pemda, "mau kemana kita setelah ini?". Pulang kok masih pagi. Lanjut, lanjut kemana? Dan angin berbisik mengajak kami menjajal kawasan Sentul. Maksud hati ingin ke Hambalang, yang terkenal dengan nanjak, nanjak dan nanjak.
Sesampai di Sentul aku sempatkan tuk bertanya arah ke Hambalang, dan orang yang ditanya menunjuk ke arah bukit di belakang sirkuit Sentul. Ngehe' deh! Karena sudah siang diputuskan mencoba jalur lain, tidak lewat jalan biasa tapi lewat jalan terjal di tengah-tengah kebon singkong. Jalan ini hanya digunakan truk pengangkut batu tuk mengambil batu yang sudah dipecah-pecah oleh penduduk sekitar. Batu-batu tersebut lokasinya ada di atas bukit di lahan pertanian penduduk.
Ngehek, ngehek, ngehek, nafas rasanya ingin putus melahap tanjakan demi tanjakan. Jantung berdegup tak karuan. Derita tanjakan masih ditambah oleh teriknya sinar matahari. Nasib kalau kesiangan. Target kami adalah menara TPI. Erggggghhh. Hosh, hosh, hosh ... dan kami pun kelelahan. Cank-Oot melirik jam tangannya. Sudah siang. Jam 10 sudah lewat tapi kami masih jauh dari target. Akhirnya diputuskan tuk turun dan ke bengkel sepeda karena Cank-Oot merasa BB-nya gak beres. Turun sih turun, tapi capeknya sama saja. Jalan bergelombang akibat kikisan air ditambah bebatuan lepas membuat paha pegal karena menahan gonjangan dan keseimbangan agar tak terpeselet dari pedal, fatal kalau sampai jatuh dari atas sepeda yang meluncur dengan kecepatan tinggi. Performa ban benar-benar diuji.
Perjalanan pulang tidaklah istimewa. Penuh debu dan polusi jalan raya. Seperti rencana semula kami mampir di OKI. Di OKI kami ketemu Faizal yang upgrade sepeda. Frame Amoeba Hussar dikombinasikan grupset Deore dan shifter XT 2007 serta crank Truvativ. Cank-Oot ingin memeriksakan kesehatan BB-nya. Setelah cek n ricek ternyata masalah bunyi yang menggangggu bukan dari BB, melainkan dari pedal. Tapi bukan pedal yang dibeli Cank-Oot, melainkan hydropack :D.
---
Foto oleh Cank-Oot dan aku sendiri.
3 comments:
para pemirsa... kalo mau ketemu suami saya di rumah pada hari minggu pagi sampe siang, jangan harap bisa ketemu, karena bisa dipastikan beliau sedang berada di tempat2 nggak jelas kayak gini ini...
hihihih...
lah kok sama dengan saya ya jam 2 segitu pasti gak ada di rumah
tuh kan ma ada teman yang sama kebiasannya ngilang di hari minggu
hehehehe
klo mama bertanya siapa petruslingga, beliau adalah fotografer dan pelatih sepeda grup IM2
nah lho sama lagi kan :D
Post a Comment