Thursday, February 23, 2006

Aku ingin pulang ...

Ingin menangis rasanya membaca artikel kiriman temanku. Di artikel tersebut menceritakan hubungan antar anak dan ayahnya. Aku sangat tersentuh karena bapakku juga baru saja tinggal dirumahku setelah membantu pindahan rumah tanggal 28 januari '06. Karena bapak jauh lebih berpengalaman soal benah-benah ya beliau juga yang menambalsulam rumah supaya lebih laik huni.

Saat itu aku bercerita kalau suatu saat nanti aku ingin merenovasi rumah yang aku beli. Tentu saja sambutan positif dari beliau, tapi ada beberapa kata yang membikin aku miris, "kalau Bapak masih ada umur, ya nanti Bapak bantu." Degggg, ... menulis kalimat tadi saja aku ingin menangis ...

Seperti yang ditulis di artikel kiriman temanku, bapak memang tidak begitu kerasan tinggal berlama-lama di rumahku. Beliau ingin segera pulang, tapi aku minta diundur sampai hari sabtu, karena aku ingin mengantar ke stasiun Gambir. Alhamdulillah bapak mau menerima permintaanku.

Awalnya aku tidak mengerti kenapa bapak pingin cepat-cepat pulang, bahkan tidak mau merepotkan aku tuk sekedar mengantar ke stasiun. Setelah aku pikir-pikir, mungkin itulah 'gaya' ortu. Tidak mau merepokan anaknya (dan memang lebih nyaman tinggal dirumah sendiri daripada numpang) karena memang mereka yang 'mengabdi' ke anak. 'Pengabdian' untuk si buah hati dari ketika masih di dalam rahim sampai dia dewasa kelak. Ekspresi dari cinta dan sayang, ... pengorbanan.

Nah, sebagai anak tentu aku yang harus tahu diri. Bukan orang tua yang kuminta berlama-lama di rumahku, walau ada bidadari kecilku, cucu beliau, tapi aku (dan keluargaku) yang harus berlama-lama tinggal di rumah ortuku. Memang tidak bisa lama karena terbentur dengan aktivitas di kantor, tapi apalah artinya karir setinggi langit tingkat 7 kalau harus kehilangan kehangatan orang tua. Bapak (dan ibu) yang sudah merasa dekat dengan liang lahat harus lebih aku prioritaskan. Aku harus membahagiakan beliau, membuat beliau ikhlas meninggalkan dunia ini. Ikhlas karena khusnul khotimah dan bahagia mempunyai anak, mantu, cucu yang berbudi. Sekarang aku mempunyai empat ortu, semua harus aku bahagiakan. Surga ada dibawah restu beliau!

Ya ... aku ingin pulang ke Turen. InsyaAllah ketika Kintan sudah mulai makan bubur susu aku mau mengajak keluargaku pulang ke kampung halamanku. Berapapun biaya yang akan aku keluarkan aku gak perduli. Uang bisa aku cari lagi!

Kintan, mama ... ayo maen ke Turen :)

--

... pagi ini aku menangis di depan monitorku yang lusuh

No comments: