Thursday, August 31, 2006

Sepeda Baru (lagi)

Walau sudah punya sepeda, aku beli sepeda lagi. Niatku ingin membangkitkan hobi lama yang terpendam sejak ditabrak motor 13an tahun yang lalu. Selain itu juga aktifitas kerja (dan kuliah) yang mengharuskan pulang agak malam tiap hari (salah sendiri berangkat siang :D) membuatku malas main badminton (mulai jam 8 malam) bareng tetangga di komplek. Padahal dulu awalnya niat banget ikut badminton. Nah, bersepeda bisa dikerjakan sabtu atau minggu, cukup sendirian keliling pedalaman Depok. Badan sudah diistirahatkan lebih dulu, sehingga tidak memaksakan diri memompa stamina yang sudah terkuras siang harinya.

Sepeda yang kubeli kali ini sepeda rakitan jenis MTB. Spesifikasinya kira-kira seperti dibawah ini :
  • Frame : Specialized S-Work (generik, yang asli mahal bo')
  • Fork : RST TC
  • Stem : Kalloy
  • Handlebars : Kalloy
  • Tape/grips : Polisport
  • Saddle : Velo

  • Brake levers : Shimano Alivio
  • Shifter : idem
  • Front derailleur : idem
  • Rear derailleur : idem
  • Casette : idem
  • Chain : idem
  • Crankset : idem
  • Front hub : idem
  • Rear Hub : idem
  • Bottom bracket : idem
  • Front brake : idem
  • Rear brake : idem

  • Pedals : Xerama
  • Rims : Genio
  • Tires : Swalbe
  • Spokes : Black Steel
Setelah lama tidak mancal, pasti butuh latihan sebelum mencoba b2w (bike to work). Tapi dipikir-pikir kok agak susah untuk b2W. Soalnya kuliah selesai paling sore jam 7 malam, lebih sering jam 8 keatas. Gak tega membiarkan mama harus berjibaku dengan angkot jam segitu menuju Depok. Lebih nyaman naik motor berdua.

Semoga hari minggu esok (3 september) sepedaku sudah bisa kunikmati. Sebagai trek pertama, Studio Alam TVRI sepertinya cocok.

Terima kasih buat mama, ... mmuachh, mmuach dan Huda atas konsultasinya :D

Friday, August 25, 2006

Pilihan Acara di Hari Jumat

Email dari seorang teman kemarin, tapi baru terbaca pagi tadi :
Bagi kawan-kawan pecinta buku

Renjana organizer dan Potluck Coffee bar & Library dengan takzim mengundang Kawan-Kawan yang berminat menyimak dan berdiskusi tentang novel Andrea Hirata "Sang Pemimpi" (karya Andrea yang kedua dari tetralogi Laskar Pelangi ini telah dicetak ulang 10 hari setelah cetakan pertama).

Dalam kesempatan ini kita dapat ngobrol-ngobrol tentang elemen budaya lokal yang kental dalam karya Andrea, keunikan tulisannya yang dianggap sebagai sastra "serius" dengan bahasa yang sama sekali tidak popular tapi karyanya dinikmati mulai dari orang tua sampai remaja (sehingga muncul fenomena andreanis dalam jaringan friendster), gayanya menulis, berbagi pengalaman dengan Andrea sebagai pendatang baru dalam dunia sastra tanah air, berbagai anomali dan aspek-aspek riset dalam karyanya, dsb.

Jika sedang tidak sibuk silahkan kawan-kawan hadir pada diskusi buku Sang Pemimpi bersama Andrea Hirata, Heru Hikayat (FSRD ITB), dan tampilan biola akustik (Dini dan Bhista) di Potluck Coffee bar & Library, Jl. Teuku Umar No.9 Bandung, Sabtu, 26 Agustus 2006, Pk. 16.00 WIB..

Namun jika Kawan berada di Jakarta dan berkenan mengikuti diskusi karya Andrea Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, diskusi tsb juga akan diadakan di MP Book Point, di Jl. Puri Mutiara Raya No. 72, Perempatan Antasari, Cipete, Jakarta Selatan , pada hari Jum'at, 25 Agustus 2006, Pk. 19.00 Wib.

Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan dan terima kasih banyak atas perhatiannya

Salam

Renjana Organizer

SMS dari teman lagi, tadi pagi ketika bermotor menuju kantor :
Pesta Buku Gramedia (25-29 Agustus), talkshow & pemutaran film Pramoedya A. Toer (Jumat), Bentara Budaya Jakarta

SMS dari mama :
Plg kntr mampir ke giant dl ya pa

Setelah kubalas, mama mengirim sms lagi :
Br bc di milis hr ini giant disc 25% kl pake kartu mandiri, only today. Hrs borong pampers nih. Susu under 1thn ga trmasuk, hiks.

Karena tidak menyiapkan diri 'kelayapan' sepulang kantor akhirnya pilihan ketiga yang kupilih. Diskon 25% nayamul (bacanya dibalik) banget, apalagi di tanggal penghabisan seperti sekarang ini. Tak ada salahnya memanfaatkan momen :D.


ISTI? Ah tidak juga, tapi Anda boleh saja menyimpulkan seperti itu.

manusia dan habitatnya









---

Masih cerita dari Kota Tua Jakarta

Wednesday, August 23, 2006

event driven photographer

Maksudnya berburu foto (seringnya) di acara-acara keramaian seperti pawai, konser musik, dan sejenisnya. Pokoknya ada ramai-ramai, hunting.

Saat awal-awal mengenal fotografi aku juga menjadi fotografer (amatir) tipe ini. Pawai budaya menjadi salah satu event favorit. Seiring berjalannya waktu kok ada rasa yang gak enak di hati menjalani hobi seperti ini. Kurang ada gregetnya. Foto yang dihasilkan memang bagus, tapi rasanya kurang (bahkan tidak) bernyawa. Paling top ya foto hasil huntingnya dipakai di kalender, brosur, atau buku-buku pariwisata. Nyawa foto juga hilang seiring selesainya event tersebut. Aku lebih menikmati foto-foto disini daripada yang ini.

Beberapa teman sering memintaku untuk membuat foto prewedding mereka, atau sesama fotografer mengajak motret acara pernikahan. Aku sebagai back-up dia, dan kata dia juga sebagai ajangku latihan, mengasah jam terbang. Aku tak tertarik. Aku rasa, bukan keahlianku bermain-main disitu.

Ah, kalau kalau mau motret ya motret aja. Event yang sama di jepret oleh 2 (atau lebih) fotografer bisa jadi akan menghasilkan foto yang beragam, sesuai dengan gaya masing-masing fotografer. Tapi bisa saja malah foto yang dihasilkan serupa tapi tak sama.

Saturday, August 19, 2006

Albothyl vs Sariawan

Sudah seminggu ini kenikmatan makanku terganggu oleh sariawan. Penyakit satu ini memang sudah langganan mampir di bibir, gusi, dan kadang lidahku. Selama itu pula aku hanya pasrah. Biasanya untuk mencegahnya aku hanya sering-sering menkonsumsi jeruk bayi atau suplemen seperti redoxon, xon-ce, de el el. Terbukti ketika sering menkonsumsi jeruk sariawan pun jarang sekali mampir.

Akhirnya tadi kuputuskan untuk berperang terbuka melawan sariawan. Pergi ke apotik (tanpa bertanya ke google dahulu), tanya-tanya sedikit, dan akhirnya pulang membawa
ALBOTHYL. Sempat ragu-ragu, karena di pembungkusnya tidak tertera kalimat yang menyatakan bahwa ia adalah obat sariawan. Hanya ada kotak hitam bertuliskan "Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan" Nah lho. Benar gak sih? Kata petugas apotiknya benar, sangat ampuh tapi efek nikmatnya langsung terasa. Alias periiiiihhhhh!

Benar saja, begitu dioleskan ke permukaan bibir yang sariawan, perihnya ampuuunnnnn. Ada rasa panas, perih, dan bibir serasa menebal. Begitu kulihat dikaca (sesaat setelah diolesi), luka sariawan yang awalnya berwarna kuning keputihan berubah menjadi putih kering, seperti cat tembok yang mengering. Pertanda sembuh? Entahlah. Hasil googling menunjukkan obat ini memang sangat ampuh melawan sariawan.

Friday, August 18, 2006

Thursday, August 17, 2006

lomba memasak nasi goreng ala bapak-bapak

Baru juga masuk rumah setelah puter-puter sama mama, ibu bilang aku dipanggil Pak RT diminta ke rumah Pak Amin. Eh, ternyata ditunjuk untuk menggantikan Pak Susanto di ajang lomba memasak nasi goreng ala bapak-bapak. Tepatnya sebagai cadangan.
Melihat hasil latihan malam ini diputuskan Pak Amin sebagai koki utama, Pak RT menghias sajian akhir, dan aku kebagian tugas ngulek bumbu dan membuat irisan tomat sebagai hiasan. Tugas yang terakhir dilimpahkan kepadaku gara-gara aku mengkritik irisan tomat Pak RT yang bulet-bulet aja, kurang manis dilihat. Kesimpulan latihan malam ini, rasa nasgor cenderung manis, kurang gurih. Ini tugas Bu Amin untuk melatih Pak Amin :D.
Untung saja dirumah saat ini ada ibu dan ibu mertua. Jadi sehari besok bisa sebagai latihan sendiri membuat hiasan dari tomat, timun, dan wortel sebelum gladi resik Sabtu siang nanti (19 Agustus 2006). Oh ya, lombanya Sabtu malam.
Jadi ingat saat-saat kost di Sawojajar dulu, hehehe :D

MERDEKA-lah Indonesiaku!

Dimulai tadi malam sekitar jam 10an, acara kumpul-kumpul warga  dalam rangka silaturahim dan memperingati Hari Kemerdekaan dibuka oleh sambutan dari Pak RT. Ini kali pertama aku ikut kumpul-kumpul sampai lewat tengah malam. Padahal besok (pagi nanti) harus ke kawasan Glodok untuk berburu foto. Mata sudah berattttttttt ingin diistirahatkan.
Udah ah, mau tidur dulu. Tapi sebelum tidur ingin kuucapkan "Dirgahayu Indonesiaku, MERDEKA-lah negeriku!"
zzzz .... zzzz ....grokkkk .... zzzzz

Wednesday, August 16, 2006

kado di libur panjang

Hari ini keluargaku mendapat hadiah istimewa. Ibu dan ibu mertua berlibur ke Depok menengok cucu kesayangan. Melepas rindu yang beberapa bulan terpendam sambil berlibur menikmati segarnya suasana perumahanku yang dipinggir hutan Studio Alam TVRI.
Ini kali kedua ibu mertua berkunjung ke Depok. Saat itu kunjungan beliau berakhir singkat karena bapak harus segera kembali untuk mengikuti pelantikan beliau dalam rangka menduduki posisi baru di kepolisian Tulungagung.
Ibuku baru sekali ini ke Depok. Tahun lalu beliau mendampingi keluargaku sampai 2 minggu pertama setelah kelahiran Kintan (1 Oktober 2005). Setelah itu menghabiskan libur lebaran 2005 bersama. Hehe, di kontrakan yang sempit dan panas di bilangan Buncit. Bayangkan saja, rumah petak yang luasnya kira-kira 21 meter persegi diisi 7 orang. Aku, Mama, Kintan, Ibu, Bapak, Geri, Maman, dan kalau pagi ditambah satu orang lagi yang bantu-bantu Mbak Mis. Oh ya, kontrakan itu terdiri dari 1 kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan ruang tengah.
Lumayan juga libur panjang kali ini, aku dan Mama bisa sedikit santai karena ada yang bantu momong Kintan :p. 17an aku bisa hunting ke pecinan Glodok (rencananya mau meliput aktifitas warga keturuan Tionghoa dalam menyambut Hari Kemerdekaan) bareng Nunu, dan weekend bisa hunting ke peternakan sapi. Gpp ya ma? Hehehe :D

Sunday, August 13, 2006

Rasa yang Berserakan


Paris, 2006
---

Foto ini turut dipamerkan dalam pameran foto Indonikon Peduli Jogja dengan judul "Untitled"

Terbakar Rindu



Paris, 2006

Saturday, August 12, 2006

Friday, August 11, 2006

kuliah ... enggak ... kuliah ... enggak ... kuliah

Setelah satu semester gagal total dan satu semester cuti, sekarang saatnya untuk kembali ke bangku kuliah. Tapi kok beraaatttt banget. Semakin berkurang aja waktu bermain bareng Kintan :(.

"Ayo jangan malas, kurang setengah aja lho. Masak gak malu sama teman seangkatan yang sudah mau selesai skripsinya?"
"Tips biar gak terlalu malas : sehari ambil 1 mata kuliah saja, dan kuliah hanya dihari kerja."
"Tidak usah buru-buru sampai mengambil terlalu banyak mata kuliah, nanti malah tercecer kalau tidak benar-benar serius kuliah."
"Kalau dikelas jangan malas mencatat, karena sudah tidak ada lagi teman yang bisa diandalkan untuk fotokopi catatan."
"Yang terakhir, ... dan yang terpenting. Kerja dan kuliah jangan sampai mengganggu aktifitas fotografimu!"

Ya ya ya, ... yang terakhir sangat kusukai. Ada yang mau memberi nasehat lagi?

martabak MISONE

Setelah 'diskusi' soal bos di tempat kerja, sekarang ngomongin makanan aja. Kali ini topiknya martabak MISONE. Tentu lokasinya masih di Depok, namanya juga orang Depok, hehehe. Lokasinya diseputaran Depok II Timur tepatnya di perempatan Pasar Agung (arah dari polsek Sukmajaya).

Martabak MISONE, rajanya martabak. Begitu tag yang tertulis di spanduk dia. Soal rasa tak kalah dengan Istana Martabak yang terkenal itu. Kalah di variasi martabak saja. Martabak MISONE ya sama dengan martabak kaki lima yang lain, menu utamanya martabak telur. Harganya pun lebih murah. Pastilah, kaki lima kok dibandingkan dengan toko besar.

Yang membuat aku tertarik menulisnya bukan soal rasa, tapi namanya, MISONE. MISONE mungkin diambil dari nama pemiliknya Miswan, diinggris-inggriskan menjadi MISONE.

Tapi bisa juga memang berasal dari bahasa Inggris MISSONE yang disingkat menjadi MISONE. MISSONE, sing ngangeni, sesuatu yang dirindukan. Karena rasa yang enak jadi membuat pembeli kangen untuk mencoba lagi, lagi dan lagi. Tak ada rasa bosan.

Atau MISONE juga bisa dari bahasa Jawa misuan, suka mengumpat. Misuan dari kata misoh (ngumpat), karena sudah menjadi kebiasaan seseorang, maka orang tersebut disebut misuhan. Diinggriskan menjadi MISONE. Kali aja pemiliknya dulu saat masih kecil suka mengumpat, hehehe.

Dari ketiga analisa tadi aku lebih yakin yang pertama, nama pemiliknya MISWAN. Jadi, buat warga Depok (atau yang numpang lewat aja) jangan lupa untuk mencoba martabak MISONE ini. Boleh dibilang salah satu aset wisata kuliner kaki lima di kawasan Depok Timur. Soal rasa dijamin deh, apalagi kalau makannya pas sedang dalam kondisi lapar. Uuuueenaaakkkk buangetttt!!!!

--

thanks to Pak Eko atas info kulinernya :)

Wednesday, August 9, 2006

masih ngomongin soal bos

Bagi bawahan, apa yang lebih enak dari ngerumpiin atasan? Hmm, kayaknya ini topik paling disukai deh. Nah, setelah ngerumpiin bos yang kolot soal jam kerja, eh tiba-tiba ada artikel bagus dari milist alumniku. Aku comot aja deh, aku taruh di sini. Siapa tahu ada bos-bos t**l yang baca dan terus istropeksi diri, hahahaha. Atau aku forward aja ke dia ya :D

Bagaimana dengan perusahaan tempatku bekerja? Ya, namanya juga manusia, beberapa manajer ada yang kurang (bahkan tidak) disukai bawahan dengan berbagai alasan. Manajerku? So far so good, masalah pasti ada, tapi masih dalam batas wajar (termasuk masalah jam kerja :D). Undangan ini aku rasa juga berkat adanya masalah antara bawahan dengan atasan.

Dibawah ini artikelnya :

---

GAJI TINGGI BUKAN SEGALANYA

Mengapa perputaran karyawan tinggi walaupun remunerasinya di atas rata-rata? Uangkah pemicunya? Atau ada faktor lain yang menentukan kesetiaan mereka?

Akhir tahun lalu, Lesmana, seorang teman lama yang ahli dalam pengembangan bisnis telekomunikasi mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan multinasional untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia . Dia tertarik dan memutuskan untuk bergabung. Dia telah banyak mendengar tentang pimpinan perusahaan ini, yang sering diberitakan sebagai pemimpin visionaris dan legendaris.

Gaji Lesmana besar, perlengkapan kantornya mutakhir, teknologinya canggih, kebijakan SDM-nya pro-karyawan, kantornya megah di daerah segitiga emas, bahkan kantinnya menyajikan makanan yang lezat dan murah. Dua kali dia dikirim keluar negeri untuk pelatihan. "Proses pembelajaran saya adalah yang tercepat di sini,"kata Lesmana. "Sungguh menakjubkan bekerja dengan dukungan teknologi mutakhir seperti di perusahaan ini".

Siapa nyana dua minggu lalu, belum genap tujuh bulan bekerja di perusahaan itu, dia mengundurkan diri. Lesmana belum mendapatkan tawaran pekerjaan lain, tapi dia tidak sanggup lagi bertahan di sana. Belakangan, sejumlah karyawan di divisi yang sama dengannya ikut resigned. Direktur utama perusahaan itu pun merasa tertekan karena perputaran (turnover) karyawan sangat tinggi. Cemas memikirkan biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk alokasi dana pelatihan karyawan. Ia juga bingung lantaran tidak tahu apa gerangan yang terjadi. Mengapa karyawan yang bertalenta bagus ini mengundurkan diri, padahal gajinya sudah cukup tinggi?

Lesmana resigned karena beberapa alasan. Alasan ini juga yang menyebabkan sebagian besar karyawan lain yang bertalenta tinggi akhirnya mengundurkan diri.

Beberapa survey membuktikan bahwa jika anda kehilangan karyawan berbakat, periksalah atasan langsung mereka. Si atasan adalah alasan utama karyawan tetap bekerja dan berkembang dalam suatu perusahaan. Namun dia jugalah yang menjadi alasan utama mengapa para karyawan berhenti dari pekerjaannya, membawa pergi pengetahuan, pengalaman dan klien mereka. Bahkan tidak jarang selanjutnya secara terang-terangan berkompetisi dengan perusahaan bekas tempatnya bekerja.

"Karyawan meninggalkan manajernya bukan perusahaannya,"kata para ahli SDM.
Begitu banyak uang yang telah dikeluarkan untuk tetap mempertahankan karyawan berbakat, baik dengan memberikan gaji lebih tinggi, bonus ekstra maupun pelatihan mahal. Namun pada akhirnya, perputaran karyawan kebanyakan disebabkan oleh manajer/pimpinannya, bukan oleh hal lain.

Jika anda mengalami masalah turnover , maka pertama-tama periksalah kembali para manajer anda. Apakah mereka biang keladi yang membuat para karyawan tidak betah?

Pada tahap tertentu, karyawan tidak lagi melihat jumlah uang yang ia dapatkan, tapi lebih kepada bagaimana mereka diperlakukan dan seberapa besar perusahaan menghargai mereka. Kedua hal ini umumnya tergantung dari sikap para pimpinan terhadap mereka. Dan sejauh ini, bekerja dengan atasan yang buruk sering dialami oleh para karyawan yang bekerja dengan baik. Survey majalah Fortune beberapa tahun lalu mengungkapkan bahwa 75% karyawan menderita karena berada di bawah atasan yang menyebalkan.

Dari seluruh penyebab stress ditempat kerja, seorang atasan yang jahat mungkin adalah hal yang terburuk, yang secara langsung akan mempengaruhi kinerja dan mental para karyawan.

Simak saja kisah yang dikutip langsung dari"medan perang" ini. Mulya seorang insinyur, masih bergidik saat membayangkan hari-hari dimana ia dimaki-maki bos di depan staf lainnya. Atasannya itu sering menghina dengan kata-kata yang kasar. Waktu menghadapi hal menakutkan itu, Mulya praktis tak punya nyali untuk menjawab. Ia kembali ke rumah dengan perasaan tidak keruan dan mulai menjadi kasar seperti sang atasan. Bedanya kekesalan ini dilampiaskan ke istri dan anak-anaknya, kadang juga ke anjing peliharaannya. Lambat laun, bukan pekerjaan Mulya saja yang kacau balau, pernikahan dan keluarganya pun hancur berantakan.
Nasib Agus juga setali tiga uang. Menceritakan "penyiksaan" yang dilakukan oleh bosnya gara-gara ada perbedaan pendapat yang tidak terlalu penting antara keduanya. Atasan Agus benar-benar menunjukkan rasa tidak suka terhadapnya. Ia tidak lagi diikut-sertakan dalam pengambilan keputusan.
"Bahkan dia tidak lagi memberikan saya dokumen maupun pekerjaan baru," keluh Agus. "Sangat memalukan duduk di depan meja kosong tanpa tahu apapun dan tidak seorangpun yang membantu saya". Lantaran tidak tahan lagi, lalu Agus mengundurkan diri.

Para ahli SDM mengatakan, dari segala bentuk kekerasan, tindakan memperlakukan karyawan ditempat umum adalah yang terburuk. Pada awalnya, si karyawan mungkin tidak langsung mengundurkan diri, akan tetapi pikiran itu sudah tertanam. Jika kejadian terulang lagi, pikiran tersebut akan semakin kuat. Dan akhirnya, pada kejadian yang ketiga, karyawan itu akan mulai mencari pekerjaan lain. Ketika seseorang tidak bisa membalas kemarahannya, ia akan melakukan pembalasan "pasif". Biasanya dengan cara memperlambat pekerjaan, berleha-leha, hanya melakukan pekerjaan yang disuruh atau menyembunyikan informasi penting.
"Jika anda bekerja untuk orang yang menyebalkan, pada dasarnya anda ingin orang itu mendapat kesulitan. Jiwa dan pikiran kita tidak menyatu lagi dengan pekerjaan kita," papar Agus.

Para manajer bisa menekan bawahan melalui beragam cara. Misalnya dengan mengontrol bawahan secara berlebihan, curiga, menekan, terlalu kritis, bawel dan sebagainya. Namun para atasan tersebut tidak sadar bahwa karyawan bukan merupakan aset tetap, mereka adalah manusia bebas. Jika ini terus berlanjut, maka seorang karyawan akan mengundurkan diri, walau tampaknya cuma karena masalah sepele saja.

Bukan pukulan ke-100 yang menjatuhkan seseorang, tapi 99 pukulan yang diterima sebelumnya. Memang benar, karyawan meninggalkan pekerjaannya karena bermacam alasan untuk kesempatan yang lebih baik atau kondisi yang tidak memungkinkan lagi. Namun banyak yang semestinya tetap tinggal jika tidak ada satu orang (seperti atasan Lesmana) yang terus-menerus mengatakan, "Kamu tidak penting, saya bisa dapat lusinan orang yang lebih baik dari kamu!"

Kendati tersedia segudang pekerjaan lain (terlebih dalam keadaan pengangguran tinggi sekarang ini), bayangkanlah sesaat, berapa biaya atas hilangnya seorang karyawan yang bertalenta tinggi. Ada biaya yang harus dibayar untuk mencari pengganti, ada biaya pelatihan bagi pengganti karyawan tersebut. Belum lagi akibat yang ditimbulkan karena tidak ada orang yang mampu melakukan pekerjaan itu saat calon pengganti sedang dicari, kehilangan klien dan kontak yang dibawa pergi karyawan yang hengkang, penurunan moral karyawan lainnya, hilangnya rahasia penjualan dari karyawan tersebut yang seharusnya diinformasikan ke karyawan lainnya, dan yang terutama turunnya reputasi perusahaan.

Lagi pula, setiap karyawan yang pergi, bagaimanapun juga akan menjadi "duta" untuk mewartakan hal yang baik maupun yang buruk dari perusahaan itu.

Kita semua tahu suatu perusahaan telekomunikasi besar yang orang-orang ingin sekali bergabung, atau suatu bank yang hanya sedikit orang ingin menjadi bagiannya. Mantan karyawan kedua perusahaan ini telah keluar untuk menceritakan kisah pekerjaannya. "Setiap perusahaan yang berusaha memenangkan persaingan harus memikirkan cara untuk mengikat jiwa setiap karyawannya," kata Jack Welch mantan orang nomor satu di General Electric. Umumnya nilai suatu perusahaan terletak "diantara telinga" para karyawannya. Karyawan juga manusia, punya mata, punya hati...

JUNIUS LEE,CEO & Managing Consultant
JCI Kimberley Executive Search International (Recruitment Consultants)

Tuesday, August 8, 2006

Mati Konyol?

Terhenyak membaca berita di detikcom sore ini. TNI-Polri bentrok di Palembang, 2 personel tewas.

Tidak habis pikir, kok bisa ya? Salah paham? Apa yang membuat terjadinya salah paham? Ada masalah komunikasi antar dua aparat bersenjata ini? Entah ini bentrokan keberapakali antara polisi versus tentara. Semoga ini yang terkakhir.

---

Suatu malam di Palembang, sesatuan petugas Polres sedang bertugas. Mereka menyisir dan memeriksa setiap kendaraan yang melintas. Sssst, ... gembong teroris masih berkeliaran, polisi belum bisa menangkap Nordin M Top, kali saja si Nurdin melarikan diri menumpang mobil yang mengangkut kelapa sawit sambil mengakali anggota TNI yang mengawal.

Prriiiiitttttt, seorang polisi meniup peluit menghentikan mobil pengangkut kelapa sawit.
"Selamat malam Pak."
"Selamat malam", balas sopir.
"Maaf, malam ini kami mengadakan pemeriksaan setiap kendaraan yang melintas. Bisa menunjukkan SIM bapak?"
"Wah, Pak, ... mau diperiksa apalagi. Kita kan sudah dikawal tentara, masak nggak percaya sama TNI", kembali sopir membalas omongan polisi.
"Ini prosedur Pak, silahkan bapak turun dan tunjukkan surat-surat."
"@#$%^&*!", gerundel sopir.

"Sebentar sebentar Pak!", cegah anggota TNI yang mengawal mobil kelapa sawit.
"Bapak nggak lihat kita mengawal mobil ini? Artinya kami sudah memeriksa semuanya. Bapak mau nyari apa? Mau uang tilang?"
"Maaf Pak, bapak yang sopan dengan petugas"
"Halah, pak pak ... sampean jangan sok alim deh. Semua udah tahu"
"Maaf Pak, sekali lagi ini prosedur. Bapak sebagai anggota TNI dan sesama aparat harusnya bersikap santun"
"Anjingg, sok nasehati lagi. Udah Pir, kita berangkat aja. Cuekin aja polisi gemblung itu, cuma minta uang kopi aja pake nasehati segala."

"Berhenti!", polisi kehilangan kesabarannya sambil mengacungkan pistol.
"Halah, gertak sambal, ayo Pir", cuihh.
"Berhenti atau saya tembak!"
"Udah-udah pak, sesama aparat kok seperti itu", ujar tentara lain menenangkan.
"Pak, kita ini TNI, masak tidak percaya sih? Udah ah, capek, sudah malam. Ayo Pir lanjut"

Dor!

Semua kaget mendengar suara letupan pistol. Seorang anggota TNI roboh bersimbah darah. Karena merasa harga diri dilecehkan anggota TNI yang lain melepaskan tembakan balasan. Seorang polisi roboh.

1 polisi tewas, 1 tentara tewas. Kematian yang sia-sia akibat mengedepankan ego. Sungguh sayang sekali.

---

Maaf, hanya rekaan belaka. Turut berduka cita kepada korban dan keluarga yang ditinggal. Salam buat Kapolri dan Penglima TNI :(

Update tanggal 9 Agustus 2006

Ternyata gara-gara kaki terinjak, tapi intinya ego yang tinggi kalau aku rasa. Merasa paling punya kuasa.

masih masalah jam kerja

Setelah mama menulis masalah jam kerja di kantornya giliran aku yang iseng nulis juga. Kali ini ditriger oleh teman lain departemen tapi masih satu divisi yang diminta cuti oleh bosnya hanya gara-gara dia ijin masuk kantor siang dikarenakan mengantar anaknya ke rumah sakit. Kenapa nggak si ibu yang mengantar? Ups, ... istrinya baru melahirkan (belum genap 3 minggu) dan tentu saja sibuk dengan si adik.

Seketika aku bereaksi, "gila juga si bos, segitunya ya." Sekaku itukah dia menerjemahkan aturan jam kerja? Kalau temanku suka nyolong-nyolong jam kerja tapi masih getol (dan gak malu) mengisi form lemburan, wajar si bos bereaksi seperti itu. Tapi tidak dengan temanku itu. Dia mengerti kewajiban dia, bekerja 8 jam sehari. Hampir 6 tahun aku sedivisi dengannya. Bahkan dia pernah menjadi kandidat terkuat mengisi jabatan manajer di departemennya ketika proses job tender, sayang posisi itu malah jatuh ke bosnya yang sekarang.

Sisi keHRDanku mengatakan, "Eh, elu udah gua bayar untuk kerja 8 jam, aturan perusahaan sudah jelas jam kerja dimulai jam 8 pagi, istirahat 1 jam, dan selesai jam 5 sore. Ngerti gak sih?"

Tapi ngomong-ngomong, prosedur resmi di kantor ini soal ijin keluar kantor aku juga belum ngeh, padahal kerja hampir 6 tahun. Selama ini aku hanya mengirim sms ke Kang Henry dan bosku saja, memberitahukan bahwa aku tidak masuk atau masuk siang. Selama ini pula tidak ada masalah. Begitu pula jika Kang Henry yang tidak masuk atau masuk siang atau pulang lebih awal, cukup bilang "Ndri, aku pulang dulu ya, mau ngantar Ares ke dokter."

Bosnya temanku juga tidak salah. Mungkin dia berpikir lebih baik cuti saja daripada konsentrasi terbelah. Utamakan keluarga tanpa merugikan perusahaan. Jika ada anggota keluarga yang sakit tentu sebagai kepala keluarga konsentrasi akan terbagi-bagi, dikhawatirkan konsentrasi dan mood yang kacau berakibat negatif dengan pekerjaan. Misalnya, dikomplen sedikit oleh customer service langsung marah-marah bawaanya.

Divisi tempat aku dan temanku itu kerja tugas utamanya adalah menjaga operasional perangkat core network dan VAS (Value Added Service) agar beroperasi dengan baik 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Bekerja dari pagi sampai pagi lagi bukan hal aneh disini. Sudah makanan sehari-hari, bahkan korban juga berjatuhan (beberapa teman terserang tifus). Jumlah jam kerja normal sama dengan bagian lain, 8 jam sehari. Sudah menjadi tradisi di divisiku jam kerja bukan menjadi harga mati, proporsional. Target utama adalah service avaibility, perfomance and scurity. Begitu aku menerjemahkan job description divisiku, bukan (berada di kantor) kerja 8 jam!

Salah juga sih mengatas namakan tradisi jam kerja proporsional sebagai alasan untuk menjustifikasi ketidakharusan hadir di kantor selama 8 jam. Aturan tetaplah aturan. Dia harus ditaati. Tapi ada kondisi yang memerlukan kebijaksanaan untuk melenturkan aturan tersebut, memanusiakan objek aturan. Eh, ini bicara di tataran divisiku saja ya, jangan diperluas lagi. Dan lagi setiap karyawan didivisiku sudah dibekali akses ke jaringan kantor memanfaatkan GPRS, gratis! Jadi dimanapun dia berada (diluar negeri sekalipun) akses ke kantor masih bisa. Kerja dari rumah tak jadi masalah, dan ini yang sering aku lakukan jika ada masalah di hari libur atau aku tidak masuk selepas kerja malam.

Andai saja anaknya bosnya temanku sakit (semoga tidak) dan hanya dia yang bisa mengantar ke rumah sakit apa dia akan cuti juga ya?

Transit Point





Malang, Juli 2006

Saturday, August 5, 2006

Awan vertikal di langit Depok

Dari awal isu awan vertikal adalah penanda akan adanya gempa aku sudah tidak percaya. Makanya aku malas mencari info di internet soal itu. Toh, akhirnya di ulas juga mitos itu oleh Pak Rovicky.

Menggunakan google dengan kata kunci
"awan vertikal, gempa" (tanpa tanda kutip) didapatkan banyak informasi.

Ngomong-ngomong soal awan vertikal, ternyata di langit Depok juga ada. Aku berhasil mengabadikannya, sesaat setelah pulang
bersepeda dengan Kintan. Foto-foto dibawah ini aku ambil tanggal 1 Agustus 2006 sekitar jam 6. Gak percaya? Lihat aja data-data EXIF-nya.

Berikut foto-foto awan vertikal di langit Depok :









Pembuka botol untuk membuka pembungkus film

Sebelum membaca posting ini ada baiknya membaca yang ini dulu.

Ujicoba untuk
pertama kalinya memproses film sendiri hampir gagal karena pembuka tutup botol yang aku gunakan saat itu ternyata susah digunakan untuk membuka pembungkus film. Kuputuskan untuk mencari yang baru di supermarket terdekat. Ternyata ada beberapa pilihan variasi alat ini. Sempat bingung memilih karena semuanya belum pernah aku gunakan sebelumnya. Akhirnya pilihan jatuh di pembuka tutup model model kuno, jadul abis deh. Pembuka tutup botol ini sudah digunakan saat nenekku jualan limun diwarungnya dulu. Lebih dari 20 tahun yang lalu.

Dengan menggunakan pembuka tutup model model jadul ini ternyata membuka pembungkus film sangat mudah. Tinggal beberapa kali coba untuk mencari posisi yang kuat sebagai tumpuan, dan pembungkus film terbuka deh. Film siap digulung di reel.

Memang sih lebih enak pakai penarik lidah film, tapi kalau tak punya ya tak ada salahnya memanfaatkan pembuka tutup botol ini sebagai bagian alat untuk develop film.

Thursday, August 3, 2006

Klavdij Sluban Bicara Tentang Habis Gelap

Teks ini aku ambil dari milist wpph (World Press Photo Photojournalism Workshop 2004 Indonesia). Karena milist tersebut bersifat public maka aku ambil saja tulisan kiriman salah satu anggotanya aku taruh di blog ini. Pengirim (dan penulis) artikel ini adalah Stefanny (kalau tidak salah nama lengkapnya Stefanny Imelda). Jika suatu hari si penulis keberatan tentu akan aku hapus dari blogku.

Bicara mengenai
Klavdij Sluban jadi ingat berhujan-hujan mengendarai motor hanya untuk datang ke acara pembukaan pamerannya bulan April. Sayang katalog pamerannya sampai saat ini belum terbeli.

Ok, dibawah ini tulisan Stefanny yang aku paste tanpa aku tambah atau aku kurangi. Tulisan asli ada disini. Semoga memberi pencerahaan dalam berekspresi lewat media fotografi.

---

KLAVDIJ SLUBAN BICARA TENTANG HABIS GELAP

Meski terbilang bangsa Indonesia (1842) lebih awal mengenal kamera ketimbang Jepang (1850), namun untuk hal yang satu ini kita masih perlu dibimbing membaca secara visual makna yang tersirat dalam sebuah karya foto. Kira-kira itulah yang terjadi saat diskusi dan temu wicaraberlangsung pada pameran foto tunggal karya fotografer Prancis yang sedang naik daun di Eropa, Klavdij Sluban, digelar di Galeri Nasional,April 2006.

Saya pribadi mendengar diskusi yang `heboh' ini lewat rekaman kasetyang sengaja saya minta rekam ke pihak Centre Culturel Français (CCF),berhubung saya sedang berada di Belanda.

Saya mengenal Klavdij Sluban sejak Desember 2004. Saat itu saya didaulat oleh Oktagon untuk menjadi asisten dan penerjemah beliau selama Workshop Masterclass secara mendadak.

Terus terang saya sangat beruntung dipertemukan dengan fotografer satu ini. Beliau bukan hanya fotografer yang sudah matang secara pemikiran, namun juga guru yang sangat membebaskan kreatifitas dan kemampuan muridnya. Beliau tidak ingin membuat muridnya menjadi fotokopidirinya, namun lebih pada memahami dirinya masing-masing dan memvisualisasikannya lewat karya.

Diskusi dipandu oleh Oscar Motuloh yang bertindak sebagai moderator,dengan para pembicara yaitu Rifky Goro Effendi dari Galeri Cemara 6 yang memberikan makalah "Seni Melihat", M. Firman Ichsan dengan makalah "Cara Pandang Media & Fotografer Indonesia", YudhiSoerjoatmodjo yang bertindak sebagai kurator pameran, dan tentu saja dihadiri oleh Klavdij Sluban.

Pada presentasi Rifky Goro, kita diingatkan pada masa sejarah pencerahan di Eropa lewat karya Renaisans, Leonardo da Vinci,kehebatan film Luther, kamera obscura/pinhole, hingga antropologi fotografi dan IPPHOS dengan semangat nasionalismenya.

Saat presentasi Rifky Goro berakhir, Klavdij yang lahir di Slovakia, 6Maret 1963 ini menambahkan sebuah statement lewat foto penyemir sepatuyang diambil dengan eksposur yang cukup lama hingga membuatlalu-lalang orang di sekitar penyemir itu hilang. "Jangan percaya fotografer" begitu katanya yang membuat peserta diskusi tertawa terbahak-bahak.

Sedang Firman Ichsan mengenalkan kita pada bentuk otonomi seorang fotografer, dimana pola kerja yang dijalaninya berdasarkan keinginan dan kebebasannya dalam berkreasi, dimana objek yang dipilihnya menjadi subjek. Beberapa point yang menarik dilanturkan Firman seperti, apakah foto bisa mempengaruhi masyarakat, lalu sisi pendistribusian, pernyataan politik lewat foto, hingga permasalahan foto bagus dan tidak bagus (teknis).

Oscar Motuloh, sang moderator, juga mengingatkan kita pada ketidakpercayadiri beberapa fotografer yang mengganti namanya dengan nama-nama yang lebih kebarat-baratan/amerika, seperti Albert da Cordadan Robert Capa.

Saat Klavdij memulai penjelasannya yang sepertinya menimbulkan ketidakpuasan para peserta dan menimbulkan banyak pertanyaan, menyerempet pada keburukan di dunia fotografi. Dimana terlihat dari perkembangan kamera dan film yang semakin lama semakin kecil dan mudah. Keburukan lain adalah keburukan reproduksi dan kualitas gambar yang semakin dimudahkan dimana banyak fotografer yang kemudian mengandalkan kemampuan kameranya ketimbang kemampuannya. Hal ini bisa dilihat dari munculnya kamera digital, dimana setiap orang bisa memotret dengan kualitas yang cukup baik, hingga kamera di telepongenggam. Ini membuat karya foto menjadi semakin tidak dihargail antaran keinstanannya.

Beliau juga membuat lelucon-lelucon tentang "seorang anak harus membunuh ayahnya" lewat penjelasan hubungannya dengan Henri CartierBresson (sang ayah) dan Robert Frank (sang anak). Berhubung Bresson merupakan fotografer yang sangat arogan dan keras terhadap muridnya, yang terkenal lewat karyanya "Decisive Moment", yang lalu ditanggapi Robert Frank dengan membuat foto setelah decisive moment. Hal ini juga dilakukan oleh Klavdij lewat karya-karyanya.

Klavdij bukan mengejar peristiwa, namun apa yang terjadi setelah peristiwa itu terjadi. Terlihat dari negara-negara yang dikunjunginya merupakan negara yang baru saja terkena dampak guncangan ekonomi dan politik yang kuat (negara-negara pecahan Soviet, Eropa Timur, Cina,Amerika Selatan, hingga Indonesia). Beliau tidak memotret saat guncangan itu terjadi, justru setelah guncangan hebat itu terjadi.Lalu beliau melibatkan opini dan perasaannya yang sangat pribadi dalam visualnya. Sehingga foto itu terkesan pribadi.

Kendala dari pengunjung pameran di Indonesia adalah kebanyakan darikita lebih suka disuapin untuk mengerti makna tersimpan dalam sebuah foto ketimbang mencoba mencarinya sendiri. Pengunjung seolah menuntut penjelasan-penjelasan teknis, seperti kenapa menggunakan film hitamputih, kenapa analog, kenapa gelap, apa maksudnya, dll dsb. Padahal budaya membaca secara visual sudah kita lakukan sejak kecil. Sebelum kita mengenal huruf, kita lebih dulu mengenal gambar, begitu penjelasan Klavdij.

Sama halnya dengan fotografer lainnya, Klavdij juga mengakui kehidupan seorang seniman foto di Eropa juga sama sulitnya dengan seniman foto disini. Bedanya hanya dukungan dari pemerintah dan masyarakat di Eropa sangat berperan. Seperti galeri seni, musium, dan institusisetempat dalam memberi sponsor atas proyek-proyek para seniman, yang membuat mereka harus bertarung dalam membuat ide untuk mendanai proyek mereka. Belum lagi kehadiran kolektor foto yang banyak jumlahnya, menjadi aset buat orang-orang seperti Klavdij untuk tetap bertahan hidup.

Contohnya saja proyek workshop Klavdij di penjara-penjara negara pecahan Soviet dan Prancis yang dilakoninya selama 10 tahun. Proyekini didukung oleh beberapa fotografer kenamaan lainnya seperti Henri Cartier Bresson, William Klein, dan Marc Riboud.

Klavdij juga mengingatkan kita pada kebebasan yang didapatkannya sebagai fotografer otonom, bahwa kebebasan itu sendiri merupakan beban. Hal ini juga dilontarkan oleh sastrawan dan filosofer Kahlil Gibran. Karena dalam kehidupan yang bebas, disana tetap ada kewajibandan aturan-aturan yang harus dijalankan.

Firman mengingatkan kita bahwa kualitas karya harus kita lihat sebelum sampai pada posisi yang Klavdij berada sekarang. Mulai dari pemahaman estetika hingga penguasaan teknis yang baik. Karena kita tidak bisa lompat ke posisi di atas tanpa melewati yang bawah dengan baik. Selain itu juga harus kita sesuaikan dengan situasi yang terjadi di Indonesia sendiri yang tentunya sangat jauh berbeda dengan di negara-negara barat.

Tanpa bermaksud mengecilkan fotografer-fotografer ternama lainnya seperti James Nachtwey, Herve Dangla, Sebastiao Salgado yang pernah juga berpameran di Indonesia, Mereka melakukan tugas untuk mendapatkan hasil yang diharapkan oleh publik dan agen/kliennya.

Klavdij mengingatkan bahwa dia tidak ingin berpolitik lewat karyanya. Bagi beliau, bila ingin berpolitik tidak perlu membawa kamera. Dia lebih melihat filosofinya ketimbang politiknya. Lantaran terlalu seringnya kita melihat foto-foto perang, konflik, bencana, dll, terkadang membuat kita menjadi muak dan kehilangan rasa/kebal karena sudah terbiasa melihatnya. Foto-foto ini dengan mudah kita tangkap maknanya sehingga tidak membuat kita berpikir dan merasakannya lebih dalam lagi.

Istilah "cinta tidak harus memiliki", demikian juga bila kita jatuh cinta dengan fotografi. Terkadang kita harus membiarkan kemisteriusannya saat kita tidak memahami sebuah karya foto. Dengan terus menggali pengalaman visual, kita terkadang menemukan jawaban atas kemisteriusannya kelak. Istilah itu juga yang membuat saya sampai hari ini tetap belajar visual. Cinta tidak harus memiliki, itulah pengorbanan yang ingin saya ingin lakukan untuk mewujudkan kecintaan saya pada fotografi, dengan selalu menemukan sisi misteriusnya yang lain setelah mendapat jawaban yang sebelumnya atau malah belum.

Sebelum beliau kembali ke Prancis, kami sempat berdiskusi hingga jam 2 pagi tentang banyak hal yang terjadi di dunia fotografi dan apa yang terjadi dengan karya-karya kita. Untungnya saat itu saya masih jet-lag lantaran dari airport langsung ketemu Klavdij, berhubung itu menjadi hari terakhirnya di Indonesia. Pembicaraan kami waktu bertemu diPrancis kembali menjadi bahan diskusi.

Masih banyak fotografer yang masih terjajah baik oleh dirinya sendiri, atasan, maupun publik. Namun kami berdua sepakat tidak ada salahnyadengan itu selama kompromi-kompromi terjadi untuk memenuhi keinginanpersonalnya sendiri.

Seperti yang ditulis Klavdij untuk saya di katalognya "with my warmestwishes you keep on fighting for good photography". Beliau juga selalu mengingatkan saya untuk tidak pernah lepas menjadi diri sendiri. "Buat angle-angle yang sifatnya pribadi. Jangan selalu menjadi fotokopi. Bila kebutuhan finansial sudah terpenuhi, berilah waktu untuk kebutuhan memvisualkan diri."

Ada kesamaan diantara kami berdua, bahwa kami memulai karir kami dengan jatuh-bangun dan jatuh. Namun itu pula yang membuat kami lebih kuat dan bertahan menghadapi cobaan hidup sebagai fotografer. Selain kami sama-sama terobsesi dengan penjara, tentunya, dan karya-karya Martin Parr. Di saat kita jatuh, jangan pernah lupa untuk berdiri. Dan di saat kita sudah bangkit, jangan lupa juga kita pernah jatuh dan jadikan itu pengalaman berharga.

Pertanyaannya, ibarat anak dengan bapak, mampukah saya membunuh bapak saya ini saat di usianya sekarang? Seperti yang dilakukan Robert Frank dan Klavdij Sluban pada ayah mereka.
-sfn-

GO TO HELL ISRAEL!!!

Gak tahan juga untuk tidak komentar atas keberutalan Israel. Aku sudah tak mampu berkata-kata melihat foto-foto korban mereka. Sangat biadab :((.

Negara-negara Arab pun tak bisa berbuat apa-apa. Hari ini OKI bersidang di Malaysia. Entah apa yang terjadi di ruang pertemuan saat ini. Semoga mereka sepakat untuk memberikan dukungan fisik untuk menghentikan kebrutalan Israel (dan sekutunya).

PBB? Hanya kepanjangan tangan dari Amerika. PBB hanya mengekor apa maunya Amerika. Tahu sendiri Amerika adalah seponsor Israel. Semakin pesimis saja melihat dunia internasional.

Rencananya besok akan diadakan aksi 1 juta umat mengutuk aksi brutal zionis (berita aku dapatkan dari milist di kantor). Semoga aksi ini bisa membawa perubahan dan aku bisa berpartisipasi.

Doaku untuk semua saudaraku yang menjadi korban kekejian Israel, semoga Allah melapangkan jalanmu ke surgaNya.