Monday, July 31, 2006

Develop film B/W pertama kali

Setelah hanya berangan-angan akhirnya kuberanikan memproses film B/W sendiri. Rencananya seperti tertulis di sini, tetapi dalam prakteknya ada yang berbeda. Berikut kira-kira yang aku kerjakan malam itu. Tentu saja, hasilnya belum bisa aku bayangkan.

1. Persiapan

Air cukup memakai air PAM yang ditaruh di ember besar, didiamkan beberapa jam biar mengendap. Dianjurkan juga untuk merebusnya beberapa saat. Tapi itu tidak aku lakukan. Ambil air yang ada aja.

Takar air untuk masing-masing larutan (developer, fixer, wetting agent) sesuai komposisi yang telah direncanakan. Aku hanya memakai air sebagai stop bath.

Dinginkan air sebelum dilarutkan dengan cairan kimia sampai dibawah 23 derajad. Untuk kondisi rumahku lebih baik lebih dingin karena begitu air dikeluarkan dari lemari es dan dicampur bahan kimia suhunya cepat naik. Targetku suhu larutan 24 derajad celcius. Mau pake water jaket gak ada es dirumah.

Sambil menunggu air dingin, giliran memasukkan film ke reel. Membuka bungkus film dengan pembuka botol ternyata tidak semudah yang aku bayangkan. Jika ada, lebih baik memakai alat untuk mengeluarkan lidah film daripada membongkar bungkusnya. Film yang aku pakai Ilford Fp4+ EI 125.

Oh ya, langkah diatas dilakukan di ruang gelap total atau didalam changing bag (jika punya). Karena tak punya aku siasati dengan mematikan semua lampu (kecuali kamarnya Kintan :D) dan melakukan aktifitas didalam selimut (pinjam selimutnya Kintan yang gak kepakai, hehehe). Khawatir bocor juga, tapi namanya jg uji coba, bisa sukses bisa gagal.

Memasukkan film ke reel plastik cukup mudah, dengan beberapa latihan sambil mata tertutup dijamin lancar. Setelah selesai masukkan ke tank dan tutup dengan rapat. Masukkan ke lemari es untuk membuat suhunya sama dengan cairan.

2. Membuat Larutan

Developer
Sedianya ingin memakai D76 tapi apa daya nemunya Tmax ya sudah itu dimanfaatkan. Ternyata lebih praktis :D. Karena bentuknya yang cair tidak perlu membuat stok larutan terlebih dahulu. Tinggal campur air beres. Komposisinya 1+4 (1 porsi tmax + 4 porsi air). Sesuai ukuran tabungku aku membuat larutan sebanyak 500ml. Jika suhu larutan diatas 24 derajad dinginkan terlebih dahulu. Nah disini fungsinya water jaket untuk merendam larutan hingga mencapai suhu yang diinginkan.

Fixer
Komposisi dan suhu sama dengan developer. Memakai Ilford Rapid Fixer

Wetting agent
Disini suhu sudah tidak begitu kritis, cukup plus minus 5 derajad dari suhu developer. Komposisi yang aku pakai, 496ml air + 4 ml wetting agent Ilford Ilfosol. Terlalu banyak bisa merusak negatif, lebih sedikit dari rekomendasi produsen tak mengapa.

Stop bath
Cukup memakai air yang sudah didiamkan di ember beberapa jam. Suhu aku kira masih dalam selisih 5 derajad.

3. Proses Inti

Nah, ini dia serunya. Ok, mari kita mulai!

Developer
Setelah memastikan suhu (24 derajad celcius) masukkan larutan developer ke tank dan mulai menghitung. Ingat, waktu sangat kritis! Jangan melamun. Agitasi kontinyu 30 detik pertama sambil sesekali dibentur-benturkan ke lantai untuk menghilangkan gelembung-gelembung didalam larutan. Setelah itu agitasi 5 detik setiap 30 detik selama 6 menit. Rekomendasi dari kotak pembungkus film 7 menit (aku baru tahu setelah filmku jadi :D). Mana yang benar? Masih belum tahu, ujicoba berikutnya akan aku coba 7 menit. 6 menit kurang beberapa detik aku buang developernya. Ada yang bilang bisa dipakai lagi, tapi dengan menambah waktu. Menurut beberapa suhu, hasilnya tidak konsisten. Jadi aku pakai saran mereka, one shoot developer, habis pakai buang.

Stop bath
Setelah developer terbuang, diamkan beberapa detik (10 detikan) dan kemudian masukkan air. Agitasi kontinyu beberapa detik (lupa catatannya euy) dan buang. Ulangi 5 kali atau kira-kira sampai 3 menit.

Fixer
Agitasi kontinyu selama 3 sampai 5 menit. Kalau waktunya kurang hasil negatif akan cepat rusak begitu dikeringkan. Ujicobaku memakai waktu 5 menit.

Pembilasan
Idealnya memakai air yang mengalir, tapi karena tak ada ya langkah-langkahnya sama dengan proses stop-bath. Bedanya waktunya aja. Kira-kira 10 menitan, agitasi selama 10 detik. Dibuku ada rekomendasi lain, tapi belum aku coba. Di pembilasan terakhir masukkan larutan wetting agent. Tanki bisa dibuka untuk celap-celup reel ke dalam larutan. Buang deh. Wetting agent gunanya untuk memudahkan air mengalir diatas permukaan film ketika dikeringkan. Kalau air tidak cepat mengalir bisa membentuk noda-noda diatas film yang susah dihilangkan.

Pengeringan film
Gantung di tempat yang debunya paling tidak banyak beredar :D. Di buku sih ditulis dust free room, susah kalau ukuranku. Yang ada kamar yang belum dipakai, alias gudang sementara :p. Diluar negeri dijual alat untuk menggantung sekaligus mengeringkan film, dijamin bebas debu. Jika sudah kering (benar-benar kering) tinggal dipotong-potong sesuai plastik penyimpan.


Kira-kira begitu deh proses ujicoba semalam. Ribet ya? Memang sih, pertama kali kok kayaknya ribet banget mau mulai dari mana. Tapi dengan semakin sering mencoba akan semakin lancar. Bisa karena biasa. Hasilnya bisa dilihat disini. Jelek? Hehehe, reproduksi dari scannerku yang buruk. Jika dicetak kemudian discan aku yakin akan lebih baik kualitas gambarnya.

Ada masukan?

Sunday, July 30, 2006

Sekenang kedar-kedaran dari Embong Malang Surabaya

Kawasan jalan Embong Malang dilihat dari hotel JW Marriot.

Disini banyak penjual jasa sablon dan mesin pencetak bekas.


Becak masih diperbolehkan beroperasi.


My (dream) girl.


Soto ayam Cak Pardi.


Masih belum ramai pembeli.


Jam makan siang.


Dua penjual satu pembeli.


Maghrib di jembatan Wonokromo, saatnya pulang.

---

catatan :
- film : ilford FP4 asa 125
- kamera : Voitglander Bessa R
- lensa : Color Skopar 35/2.5
- metering : incident light meter plus feeling, hehehe
- scanner : Canoscan 5000F, scanner yang buruk untuk film B/W (atau aku yang gak bisa mengoptimalkannya?). Untuk scan hasil cetak jauh lebih baik
- hasil develop film B/W-ku pertama kali, detil proses ada disini

Thursday, July 27, 2006

Rencana skenario uji coba pertama proses film B/W

Hmm, setelah mencari info, langkah-langkah dibawah ini yang akan aku coba pakai sebagai patokan pertama untuk proses film-filmku. Oh ya, film yang biasa aku pakai antara lain Kodak Tmax 400, Ilford Fp4 plus asa 125, dan yang terakhir (dan sepertinya akan jadi pilihan utama) Kodak Tri X. Mungkin sebagai tikus percobaan aku pakai saja Tri X yang sudah terexpose.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :
Developing :
  • Tmax Dev 1+7, 24 derajad celcius, 8 menit
  • Agitasi 30 detik pertama kontinyu dan bentur-benturkan pelan ke lantai
  • Agitasi berikutnya 3 atau 5 detik setiap 30 detik
Stopping Development
  • Kosongkan tank dari developer dan biarkan sekitar 10 detik
  • Isi air ke tank dan agitasi selama 10 detik, kemudian buang
  • Ulangi langkah diatas selama satu menit atau lima kali
  • Teman di FN melakukannya sampe 3 menit
  • Suhu air belum ketemu keterangannya, perkiraanku suhu kamar
Fixing
  • Ilford Rapid Fixer 1+4, 20 derajad celcius
  • Agitasi kontinyu 3 menit
Washing & Finishing
  • Waterbath 30 menit suhu kamar, ya paling 24 derajad celsius
  • Air diganti-ganti setelah beberapa kali agitasi. Seharusnya dengan air yang mengalir
  • Bagian terakhir ditambahi beberapa tetes wetting agent (Ilford Ilfotol)
Selesai deh, tinggal keringkan film dan tidur. Sayang, malam ini harus begadang di kantor, jadi tertunda uji cobanya.

Thanks to Haryanto R, David Hermandi, Dominikus BW dan teman-teman FN yang sudah share pengalamannya.

Btw, ada masukan lagi?

---

referensi :

Berburu chemical di Pasar Baru

Akhirnya nekat kabur dari kantor pas jam makan siang untuk berburu chemical untuk proses film B/W. Singkat cerita sampai di Pasar Baru dan langsung menuju Capa Store.

Karena tak ada persiapan sebelumnya, cuma berbekal ingatan apa saja yang akan dibeli akhirnya didapat item sebagai berikut :
- Tmax Developer
- Ilford Rapid Fixer
- Ilford Ilfotol (wetting agent)

Ingin beli stop-bath, HCA (Hypo Clearing Agent) tapi ragu-ragu karena bisa digantikan dengan air, walau waktu proses jadi lebih lama. Tapi setelah baca-baca di forum B/W fotografer.net kok kepikir untuk pakai saja. Salah satunya mengirit fixer karena harganya relatif mahal (komposisi larutan 1+4).

Sebenarnya yang aku incar untuk developer adalah Kodak D76. Sayang, yang ada hanya yang expired. Belum lama sih, baru 6 bulanan (expired 2006/01). Setelah konsultasi singkat di forum FN diperoleh kesimpulan developer expired bisa dipakai. Alternatif D76 bisa pakai Ilford ID11, sayang juga tidak ada. Oktagon gak ada, Primaimaging hanya jual merk Tetenal. Dimana lagi yang jualan barang kuno itu?

Sekarang saatnya mencoba memproses film sendiri dengan chemical-chemical yang ada, itung-itung sebagai lahitan dulu sebelum memakai kekuatan penuh. Manfaatkan yang ada dulu dan latih sampai mendapat hasil yang memuaskan. Lagian dirumah lebih 15 rol film yang belum diproses, hehehe.

Tuesday, July 25, 2006

Aremaku kalah :((

semoga musim kompetisi tahun depan bisa lebih baik

Thursday, July 20, 2006

Pelurusan berita Tsunami (Humas Ristek)

From: humas@ristek.go.id
To: merry_magdalena@yahoo.com
CC: hastowo@ristek.go.id

Merry Yth,
Mohon bantuan agar pelurusan berita ini dapat dimuat. \tks.
Salam, ybagyo
================

Pelurusan berita Tsunami (Humas Ristek)

Berita bahwa Menristek telah menerima informasi beberapa saat sebelum terjadinya bencana tsunami pada hari Senin dan tidak menyebarkannya adalah kurang tepat. Yang tepat adalah bahwa informasi terjadinya gempa dapat diakses oleh siapa pun juga, termasuk oleh pribadi-pribadi dari sumber-sumber internasional. Dalam hal ini, Menristek juga memeproleh informasi yang diperoleh melalui akses internasional , termasuk lembaga-lembaga lain.

Dikatakan oleh Menristek, bahwa semua orang dapat memperoleh akses tersebut. Akan tetapi, secara legal, hanya BMG yang memiliki otorisasi untuk menyebarluaskan informasi dan peringatan dini ini ke instansi-instansi terkait di Jakarta, Provinsi, Kota dan Kabupaten serta media lain. Dan BMG telah menyebarluaskan informasi tersebut yang diperolehnya melalui berbagai cara seperti telepon, sms, surat dan tatap muka. Data tambahan lain dari USGS yang dapat diberikan adalah bahwa gempa terjadi pada tanggal 17 Juli 2006 pada pukul 18.12. dengan skala 7,2, terjadi kira-kira 24o Km dari Tasikmalaya. Buletin PTWC menyebutkan bahwa berdasarkan data sejarah gempa, tsunami yang besar dan merusak tidak akan terjadi .

Seperti diketahui, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) terhubung sangat baik dengan Japan Meteorological Agency dan Pacific Warning System secara on line sehingga semua akses informasi dapat dipertukarkan secara langsung. Informasi ini lalu disebarluaskan melalui berbagai cara bilamana dipandang perlu untuk disebarluaskan.
Jadi tidak benar, bahwa informasi yang diperoleh tidak disebarkan.

---

Komentarku :
Jadi pemerintah berinisiatif tidak menyebarkan berita (menyiarkan ke penduduk di kawasan terdekat dengan titik gempa) dengan alasan belum pernah terjadi tsunami yang besar dan merusak akibat gempa dengan kekuahan 7,2 richter. Gempa di kawasan Aceh yang lalu (9 richter) ternyata tsunaminya sampai ke benua Afrika mengarungi 5000 km. Melihat data-data gempa di BMG harusnya memang peringatan tersebut disampaikan karena jarak Pangandaran dan sekitarnya dengan pusat gempa kira-kira 200km.

Di blognya Pak Rovicky (Dongeng Geologi) disimulasikan bahwa tsunami hanya butuh waktu maksimal 20 menit untuk mencapai bibir pantai selatan Jawa dari epicenter. Menurut salah seorang komentator data-data efek akibat gempa sudah masuk ke BMG dalam waktu 15-20 menit.

Jika Jepang saja memperingatkan Indonesia akan adanya tsunami, kenapa BMG tidak memperingatkan warga di pesisir selatan Jawa?

Sudahlah, semua sudah terjadi. Sekarang mati berpikir bagaimana mengumpulkan dan menyalurkan bantuan untuk mereka yang menjadi korban tsunami. Jika BMG dianggap lalai biarlah mereka yang punya kuasa yang memberi sanksi.

Tidak populernya lagu anak-anak

Ketika aku masih remaja, di televisi sering kulihat artis-artis cilik seperti Joshua, Tasya, Cikita Meidy, Eno Lerian, Trio Kwek Kwek. Sebel juga melihat seringnya lagu-lagu anak-anak diputar di televisi. Pikirku dulu, lagu apaan sih. Mengingat waktu itu aku sudah ngefans Celine Dion (dengan hit Because You Loved Me), Gloria Estefan, Metallica dan Sepultura (ambum Root). Aku rela gak jajan sebulan demi kaset penyanyi-penyanyi tersebut (tentu yang asli dong, malu kalau beli bajakan), harganya sekitar 9 ribuan.

Bagaimana dengan sekarang? Sepengetahuanku televisi-televisi sudah sangat jarang menanyangkan klip lagu anak-anak. Kalaupun ada paling di hari minggu, pagi hari pula. Entah memang sudah tidak ada pencipta lagu anak-anak atau produser rekaman tidak mau memproduksinya dengan alasan kurang (atau tidak) menguntungkan. Atau sebenarnya banyak rekaman tapi tidak ada promosi di TV dan aku sendiri yang tidak update info?

Tahu becak naga? Itu lho becak yang dimodifikasi dan dihiasi dengan kepala naga, dilengkapi sound sistem, dan keliling komplek perumahan. Aku amatai anak-anak terutama balita sangat senang naik becak naga ini. Sayang, lagu yang diputar kok lagunya Radja (hueekkkkkk, .... maaf bukan selera musikku). Kenapa bukan lagu anak-anak? Memang pernah aku dengar lagu anak-anak diputar, itu pun kasetnya sudah mbliyut dan gak enak didengar.

Cerita lagi ketika mampir ke rumah saudara di Surabaya. Keponakan yang umurnya masih (ya kira-kira) 7 tahun koleksi kasetnya : Radja (anjtriitt, ini lagi ini lagi). Sambil disuapi ibunya dia menikmati lagu-lagunya Radja. Entah dia ngerti atau hanya karena musiknya sering muncul di televisi dan menjadi akrab. Dia minta dibeliin kasetnya Ratu (yang sedang naik daun dengan buset-nya) tapi ditolak sama ibunya. Masih ada cerita lagi, kali ini dari temannya saudaraku itu. Temannya (ibu-ibu juga) marah kalau si anak nyanyi lagunya Ratu, terutama yang berjudul Teman Tapi Mesra. Entah karena si ibu merasa tersindir atau memang tidak suka saja dengan lirik 'nakal' Ratu.

Bagaimana denganku? Aku kurang setuju jika anak-anak mengkonsumsi lagu-lagu orang dewasa. Alasannya : lirik lagu tersebut. Ingat lirik lagu berikut :
Aku seorang Kapiten
mempunyai pedang panjang
Kalau berjalan prok-prok-prok
Aku seorang Kapiten
atau :
Lihat kebunku
penuh dengan bunga

ada yang putih,
dan ada yang merah

setiap hari
kusiram semua
mawar melati,
semuanya indah!
atau :
Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali
Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali

Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara
Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara

Amati lirik lagu diatas. Penuh dengan imajinasi yang memancing anak untuk membayangkannya dan mengeksplorasi dunia disekitarnya. Tentu ini sangat baik untuk perkembangan mental dan kecerdasan dia kedepan. Bandingkan dengan penggalan lirik Teman Tapi Mesra berikut :
Aku memang suka pada dirimu
Namun aku ada yang punya
Lebih baik kita berteman
Kita berteman saja
Teman tapi mesra
atau :
Jujurlah padaku bila kau tak lagi cinta
Tinggalkan aku
Bila tak mungkin bersama
Jauhi diriku lupakanlah aku
Selamanya

Jika suatu hari anakku bertanya "Pa, teman tapi mesra itu apa sih?" atau "Kintan mandi sudah sore nak", "Busyeettt, papa ini baru juga nonton tv". Glek.

Bukannya musik ada bahasa universal, bahkan ibu hamil pun disarankan memperdengarkan musik ke calon jabang bayinya? Memang musik-musik tertentu punya sifat yang universal, bisa dikonsumsi segala umur. Tapi lirik-lirik 'nakal' yang tren di musik pop Indonesia?

Ketika iseng ke Glodok bareng istri beli 2 dvd lagu anak-anak. Yang satu isinya Joshua nyanyi lagu berlirik bahasa Jawa. Kintan sepertinya tidak suka, terbukti dia tidak ekspresif ketika mendengarkan lagunya. Giliran kuganti dengan Balawan dengan Mainz in My Mind Kintan mulai lunjak-lunjak.

Hmmm, ingin rasanya nembang buat Kintan sebagai peninabobok :
Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo tak sengguh penganten anyar
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu yo peneken kanggo mbasuh dodo dira

Dodo dira dodo dira kumitir bedah ing pinggir
Dondomana j'rumatana kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane mumpung jembar kalangane
Sun surak-ka surak hore...

Oh Indonesiaku ... : Peringatan Jepang Diabaikan

Aku ambil dari Jawapos di link berikut : http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail&id=7127

Cuplikan beritanya :
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman mengakui, pemerintah menerima warning dari Pacific Tsunami Warning Center dan Badan Meteorologi Jepang sesaat setelah ada gempa. "Tetapi, kami tidak mengumumkan warning itu. Kalau tsunami-nya tidak terjadi bagaimana?" kata Kadiman kepada wartawan seperti dikutip AP (Associated Press). Namun, Kadiman menolak menjelaskan lebih detail tentang hal itu.

Peringatan dari dua lembaga tersebut dikirimkan 45 menit sebelum gelombang tsunami datang. Tetapi, tanpa sistem otomatis yang siap, seperti melalui loudspeaker atau SMS (layanan pesan singkat) yang bisa menjangkau warga atau turis di sekitar pantai, sulit menghindari jumlah korban dalam jumlah besar.

Kenapa Indonesiaku dikelola orang-orang seperti ini ya? :(

Kalau tsunami tidak terjadi ya syukur, alhamdulillah. Kepanikan masyarakat masih lebih baik ketimbang jatuhnya korban ratusan nyawa melayang. Jika masyarakat komplen tinggal bikin konferensi pers dan bilang bahwa "kita mendapat berita yang terpercaya dari Jepang akan adanya tsunami. Berita ini bukan berita bohongan seperti isu tsunami di Jogja beberapa waktu dulu. Untuk menghindari korban yang lebih besar pemerintah dalam hal ini Pemda melakukan langkah pencegahan. Jika ada korban karena kepanikan masyarakat, pemerintah mohon maaf dan akan berusaha bertanggung jawab. Demikian, semoa masyarakat maklum"

Berita lengkapnya ada dibawah ini. Daripada hilang aku arsip saja di blog ini. Maaf, fotonya tidak aku sertakan.

---

Rabu, 19 Juli 2006,
Peringatan Jepang Diabaikan

Depsos: 357 Tewas, 229 Orang Hilang
PANGANDARAN - Sejumlah wisatawan asing ikut menjadi korban tsunami di Pantai Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat, Senin (17/7) lalu. Hingga kemarin, Kantor Menko Kesra mencatat, jumlah korban yang telah ditemukan tewas mencapai 341 orang dan 229 lainnya masih hilang. Menurut data Departemen Sosial (Depsos), hingga pukul 20.00 tadi malam, jumlah korban tewas 357 orang.

Di antara para korban tewas, ada lima warga negara asing. Yaitu, dua warga Arab Saudi dan masing-masing satu orang dari Jepang, Swedia, dan Belgia. Memang, sejumlah kawasan wisata di pinggir pantai ikut dihantam tsunami. Yang terparah adalah wisata kuliner seafood di bibir Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Di area wisata itu, ditemukan 100 korban tewas.

Besarnya jumlah korban tersebut seharusnya tidak terjadi. Sebab, sebelum tsunami datang, sudah ada dua lembaga regional yang memberikan peringatan kepada pemerintah. Sayang, dua peringatan itu diabaikan.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman mengakui, pemerintah menerima warning dari Pacific Tsunami Warning Center dan Badan Meteorologi Jepang sesaat setelah ada gempa. "Tetapi, kami tidak mengumumkan warning itu. Kalau tsunami-nya tidak terjadi bagaimana?" kata Kadiman kepada wartawan seperti dikutip AP (Associated Press). Namun, Kadiman menolak menjelaskan lebih detail tentang hal itu.

Peringatan dari dua lembaga tersebut dikirimkan 45 menit sebelum gelombang tsunami datang. Tetapi, tanpa sistem otomatis yang siap, seperti melalui loudspeaker atau SMS (layanan pesan singkat) yang bisa menjangkau warga atau turis di sekitar pantai, sulit menghindari jumlah korban dalam jumlah besar.

Sebetulnya Indonesia memiliki sistem peringatan dini untuk mendeteksi akan datangnya tsunami. Peralatan itu merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Australia. "Tetapi, sistem ini tidak bekerja dengan baik karena tidak ada peralatan pendukungnya. Saat ini, kami terus mengembangkan sistem komunikasi yang baik, terutama di daerah yang rawan bencana," kata Fauzi, pejabat Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta, seperti dikutip AFP.

Berdasar laporan Menko Kesra Aburizal Bakrie yang kemarin telah berkunjung ke Pangandaran, 341 orang yang meninggal dunia itu tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Jogjakarta. Di Jawa Barat, 182 orang meninggal di Ciamis, 54 orang di Tasikmalaya, dan 3 orang di Banjar. Di Jawa Tengah dan DIY, 102 orang meninggal, yakni 91 orang di Cilacap, 7 orang di Kebumen, dan 4 orang di Gunung Kidul.

Selain itu, 229 orang hilang dengan kemungkinan telah meninggal dunia. Yakni, di Ciamis 84 orang, Tasikmalaya 22 orang, Cilacap 73 orang, dan Kebumen 46 orang. Selain itu, 24 orang menderita luka berat, 58 orang luka ringan, dan 70 orang dirawat di rumah sakit.

"Sebanyak 23.400 orang mengungsi di Jawa Barat dan 35.239 orang mengungsi di Jawa Tengah dan DI Jogjakarta," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla mengutip data yang dilaporkan oleh Menko Kesra Aburizal Bakrie kemarin.

Sementara itu, upaya pencarian korban tsunami yang dipicu gempa berkekuatan 7,7 skala Richter terus dilakukan. Petugas gabungan mulai membongkar bekas-bekas reruntuhan bangunan. Di sini mereka menemukan mayat-mayat bergeletakan.

Seorang warga Swiss, Heff Martin, 26, mengaku masih trauma dengan apa yang baru dia lihat bersama tunangannya. "Kami hanya punya waktu sekian detik untuk bisa berpikir jernih dan menggunakan akal sehat menghadapi situasi yang terjadi," katanya.

Menurut Martin, saat itu banyak orang berteriak-teriak di luar hotel tempatnya menginap. Salah seorang staf hotel keluar untuk melihat apa yang terjadi. Tetapi, dia kembali dan berteriak, "Ada gelombang, ada gelombang. Lautan datang, lautan datang," kata Martin menirukan staf hotel tadi.

"Kami langsung berlari menuju ke lantai dua dan sesaat kemudian air pasang itu datang dan menghantam lantai satu hotel kami. Kami lima menit di lantai dua sebelum kemudian naik ke genting dengan membongkar atap," katanya.

Agus Sutrisno, kepala Satkorlak Ciamis, mengatakan, ada 1.500 sukarelawan yang diterjunkan untuk mencari mayat dan korban yang masih selamat. "Kami memperkirakan ada banyak orang yang terkubur reruntuhan. Tetapi, terus terang kami kesulitan peralatan berat seperti truk pengeruk dan gergaji mesin," kata Agus.

Seorang warga Australia yang berprofesi sebagai guru menceritakan bahwa peringatan dini satu-satunya hanya suara deburan ombak. "Ada suara ombak bergulung-gulung, makin dekat dan semakin dekat. Kami mencoba melihat ke jalan dan yang tampak ada air," kata Wayne Proctor, 46.

Proctor mengatakan, dirinya beruntung sudah berada jauh dari pantai saat tsunami datang. "Kalau kami masih ada di dalam hotel, mungkin kami tewas," katanya. (fan/noe/ein/ap/afp)

---

Wednesday, July 19, 2006

Kintan on this week

Kintan gibol menggocek bola


Ngempeng sebelum tidur. Empeng menjadi obat penenang buat Kintan.


Bertanam ala Kintan, alias dicabuti semua :D


"Kintan salim ... salim" Sekarang setiap berangkat dan pulang kantor salim menjadi tradisi (jawa banget ya? hehehe)

Tuesday, July 18, 2006

Arema kalah :(

hiks hiks .... Arema kalah :(

Semoga di dua pertandingan berikutnya Arema mampu menang dan melaju ke babak final LIGINA 2006.

Sehari Tanpa TV


Info lengkap lihat di Kidia.

Eh, minggu ini apa ya acaranya? Acara favorit kalau hari minggu sih motoGP, itupun harus susah sampai melotot karena penerimaan TV7 jelek banget dirumahku.

Kritis terhadap tayangan televisi wajib hukumnya. Sedikit sekali tayangan bermutu yang bisa aku (dan keluarga) nikmati. Kalaupun ada waktunya di jam-jam yang jarang ditonton. Prime time? Sinetron gak mutu, gosip artis. Sinetron berbau islam juga males nonton, gak bagus, monoton.

Jadi tayangan yang bagus yang seperti apa? Yang menghibur dan mendidik. Film kartun untuk anak juga tak jarang hanya menghibur tanpa ada unsur mendidik (buat anak-anak terutama), contohnya Tom n Jerry. Yang menghibur dan mendidik misalnya Dora. Ada satu lagi, tokohnya beruang, ehhh... apa ya judulnya. Whateverlah judulnya.

Bermain lebih baik daripada nonton tv, karena dengan bermain si kecil lebih akif, tidak bengong melongo pasif di depan layar tv. Tapi memang aku akui kadang rasa capek mengikuti gerak si kecil membuat godaan tuk menyalakan tv menggantikan acara main si kecil. Apalagi kalau si kecil diasuh oleh selain baby siter yang agak malas. Demi masa depan si kecil ya mau gak mau harus mampu mengalahkan rasa capek dirisendiri. Lagian bermain juga menambah kedekatan sekaligus menjaga kualitas pertemuan, apalagi bagi ortu yang dua-duanya bekerja.

Waspadalah waspadalah!

Penayangan Korban Gempa dan Tsunami di Pangandaran

Melihat berita siang di televisi (RCTI kalau tidak salah) yang menanyangkan ekspresi kesedihan salah satu keluarga korban gempa dan tsunami di Pangandaran kok rasanya kurang etis. Televisi seperti memanfaatkan kesedihan mereka untuk membuat liputannya terasa lebih berbobot. Bad news is a good news, apakah prinsip ini mereka pakai?

Kalau aku ngomong seperti ini ke teman-teman wartawan pasti jawabannya TIDAK. Mungkin mereka berdalih menunjukkan kesedihan sebagai sarana penggaet simpati dari pemirsa. Karena kebanyakan ketika pemberitaan suatu musibah sudah surut, begitu pula aliran bantuan. Atau ingin merekam apaadanya suasana disana saat ini?

Tapi hari ini aku tidak bisa terima pendapat diatas. Aku pikir kok tidak pantas menanyangkan kesedihan (dan sadisme) seperti itu di televisi yang notabene ditonton tidak hanya orang dewasa. Tak menutup kemungkinan ada anak-anak yang menonton dan mereka disuguhi sebuah gambaran sadis bencana alam. Mayat korban, wanita yang meraung-raung meratapi kepergian anggota keluarga. Untuk memberi informasi kepada pemirsa cukup kiranya menanyangkan data-data tertulis. Atau menanyangkan gambar rusaknya alam untuk memperlihatkan betapa besar efek dari musibah ini. Apa jadinya anak-anak jika terus-terusan disuguhi tayangan kekerasan. Pagi-pagi sudah ada berita kriminal, siang apalagi, malam lebih lagi. Belum sinetron-sinetron gak mutu lainnya :(.

Aku yakin masyarakat tidak akan cuek dengan hanya membaca/melihat berita tanpa gambar-gambar sadis. Tak ada salahnya merekam gambar-gambar yang terbilang sadis apaadanya, tapi tentu saja tidak diumbar bebas sehingga anak-anak pun bisa mengkonsumsinya. Untuk menggaet simpati dan bantuan dari masyarakat bisa dengan tayangan gambar yang lain. Kerusakan alam dan lingkungan sosial masyarakat, ketegaran seorang ibu/bapak melepas kepergian anggota keluarganya yang menjadi korban. Aku pikir itu lebih layak. Toh siapa sih yang tidak berduka ditinggalkan orang-orang yang dicintai?

Ikut berduka cita untuk korban bencana gempa dan tsunami di Pangandaran (dan wilayah-wilayah lain yang juga kena). Mari sisihkan sebagian rejeki kita untuk meringankan beban mereka.

Good luck AREMA!!!

Sore nanti AREMA akan membuka laga 8 besar grup A melawan PSIS di stadion Manahan Oslo, eh Solo ding.

Hukumnya wajib menang. Doaku dari sini menyertaimu. Selamat bertanding dengan sportif. Aremania juga harus bersikap anti anarkis. Andai saja main di Jakarta pasti aku ikutan ngluruk ke stadion.

Good luck AREMA!!!

Monday, July 17, 2006

"Kintan salim, ... salim"

Aha, ini sambutan yang mengejutkan dari Kintan sepulangku dari Surabaya. Kitan bisa diajak salaman. Salaman laiknya anak kepada orang tua (atau yang dituakan), biasa disebut salim.

Aku menyodorkan tangan, Kintan raih dah pegang terus tanganku dicium (atau diletakkan di pipinya). Kintan melakukannya sambil menyunggingkan senyum khasnya Jadi terharu nih. Begini ya rasanya jadi bapak.

Terima kasih mama :), mmmuaachhhh!

cukup sekali saja kepedulian anda

Perjalanan pulang ke Jakarta via bandara Juanda. Ada sebuah papan himbauan resmi dari pemda Sidoarjo bertuliskan kurang lebih seperti ini:
Cukup sekali saja kepedulian Anda Rp 500 karena akan menurunkan etos kerja mereka
Papan himbaunan ini berada permanen di sebuah perempatan arah keluar bis kota dari terminal Bungurasih. Dari teksnya sudah bisa terbaca siapa yang dimaksudkan. Anak jalanan, pengemis, pengamen.

Aku setuju dengan himbauan tersebut. Dan sudah semestinya pemkot Depok mengaplikasikan hal serupa, terutama ditempat-tempat strategis seperti stasiun Depok Baru, terminal Depok, perempatan Siliwangi. Terutama yang ingin aku komentari di stasiun Depok Baru.

Lihatlah betapa kumuhnya stasiun ini. Tak salah Depok mendapat gelar kota terkotor, karena salah satu pintu masuknya tak terurus. Nur Mahmudi belum menunjukkan perbaikan ketertiban umum disana. Kalau aku boleh usul, pasang papan-papan himbauan ditempat-temapt strategis yang kira-kira intinya : mengemis jangan dijadikan budaya hidup!.

Yang jadi masalah ada manula (terutama perempuan) yang 'terpaksa' mengemis. Mau disuruh kerja dia sudah tua, dan (mungkin) tidak ada tempat lagi. Tempat makan butuh pencuci piring yang sigap karena ramainya pengunjung, tenaga tua kurang taktis. Tukang parkir? Pengatur lalu lintas perempatan? Aku jadi teringat pasangan manula yang biasa duduk menjajakan dagangan seperti permen, tisu di dekat Stiabudi Building Jakarta. Beliau sudah tua tapi tidak mau menyerah dengan keadaan, tidak mau meminta-minta. Sunggu mulia!

Mungkin yang bisa dilakukan untuk membantu mereka salah satunya dengan mempekerjakan mereka di rumah. Cuci piring, bersih-bersih halaman, atau tugas ringan dan tak beresiko yang lain. Yang susah jika mengemis sudah menjadi mentalitas dan budaya. Pinginnya duduk terus dapat receh. Apalagi umur belum senja, tidak cacat, bahkan menggunakan bayi sebagai penarik simpati. Dengan berat hati, katakan tidak untuk orang-orang seperti ini.

Tuesday, July 11, 2006

Provokasi Materazzi, terbukti rasis?

Andai berita provokasi dari Materazzi ke Zidane benar adanya, mmm Materazzi harus dikenakan sanksi yang berat oleh FIFA, karena sudah rasis. Selain itu daftar kelam sepak bola Italia akan semakin bertambah. Mafia, rasisme, diving, ... apa lagi ya?

Semoga berita itu tidak benar. Maaf, bukan bermaksud membela Materazzi, tapi sangat disesalkan jika rasisme masih mengotori sepak bola. Apapun provokasi dari Materazzi, tak seharusnya Zidane bersikap seperti itu di lapangan. Gelar pemain terbaik Piala Dunia 2006 pun tak layak ia sandang. Sampai saat ini belum ada penjelasan dari kedua pemain tersebut tentang kasus mereka.

Tapi ada untungnya juga kasus tandukan maut itu, andaikata benar Materazzi bersikap rasis, FIFA diuntungkan karena kasus rasis itu terbuka dan diketahui dunia, jadi bisa segera diselesaikan (pemberian sanksi dan pembuatan aturan yang lebih tegas).

Katakan tidak untuk rasis!

Monday, July 10, 2006

Anjrit, Zidane dianugrahi pemain terbaik Piala Dunia 2006 :(

Entah apa yang ada di pikiran para wartawan peliput Piala Dunia 2006 yang menobatkan Zidane menjadi pemain terbaik di piala dunia kali ini. Zidane unggul 35 suara (detikcom) dibanding kandidat terkuat dari Itali, Fabio Cannavaro.

Tak ada yang menyangkal bahwa Zidane merupakan pemain hebat. Tapi untuk menjadi pemain terbaik kemampuan teknik saja tidak cukup. Tak ada artinya kemampuan teknik tinggi tanpa diikuti mental yang sehat. Tindakan Zidane menanduk Materazzi menunjukkan Zidane tidak bisa mengontrol emosinya. Zidane kalah oleh dirinya sendiri.

Provokasi dalam olahraga merupakan hal biasa. Perang urat saraf sebelum atau ditengah pertandingan sah-sah saja. Tentu tidak semua provokasi bisa dibenarkan. Mengacungkan jari tengah contohnya.

Terlepas dari provokasi apa yang dilontarkan Materazzi, Zidane menurutku tidak pantas menjadi Pemain Terbaik Piala Dunia 2006. Cannavaro lebih berhak! Berteknik tinggi dan menunjukkan mentalitas yang hebat.

Yang menjadi tanda tanya juga, kenapa gelar ini ditentukan oleh pooling wartawan ya? Kenapa buka tim teknik FIFA? Aku pikir tim teknik FIFA lebih fair dalam menilai. Bisa jadi wartawan-wartawan (dari Prancis atau negara bekas jajahannya) tersebut terusik nasionalismenya tatkala Zidane dikartumerah dan Prancis kalah.

Judul lagu dari Serieus sepertinya cocok buat Zidane, ... Zidane juga manusia. Anyway, selamat buat Italia! Walau semalam bukan permainan terbaik mereka, tapi ketenangan bertahan juga bagian dari senjata di permainann sepak bola.

Kintan, umur 1 s/d 3 hari

Tadi menjelang jam makan siang aku dan beberapa teman mengunjungi Karnoto (teman kantor) yang istrinya baru saja melahirkan. Berita gembira ini aku terima pas asyik melototi pertandingan Itali vs Prancis (yesss, Itali menang dan Zidane kartu merah!).

Mendengar penururan Karnoto dan memotret bayi mungilnya (lebih besar dari Kintan di umur yang sama, 1 hari, kintan 2.6 kg dan bayi Karnoto 3.4 kg) teringat lahiran Kintan 9 bulan yang lalu. Ya, 1 Oktober 2005 pukul setengah 8 malam Kintan mengeluarkan tangisnya yang pertama.

Sekedar ingin melepas kangen dengan Kintan di umur 1 s/d 3 hari ...


Kintan menangis di gendongan mama, 2 Oktober 2005.


Dimandikan suster. Mama melihat dari samping sambil belajar memandikan si kecil, 3 Oktober 2005.


Hari pertama di kontrakan, Kalibata Tengah no 50, kontrakan Pak Hamdani rumah no 3, 4 Oktober 2005.

Kintan di Lomba Balita Sehat

Hari minggu kemarin (9 Juli 2006), Kintan mengikuti penjurian Lomba Balita Sehat & Fotogenik di RSIA Hermina Depok. Setelah memenuhi semua persyaratan administratif di batas akhir, Kintan terdaftar juga di kelompok A (balita 0 - 1 tahun) dengan nomor urut DA-055.

Urutan-urutan acara kurang lebih : daftar ulang, timbang dan ukur tinggi, periksa kesehatan oleh dokter anak, periksa gigi (tentu oleh dokter gigi), mengambil sertifikat. Terus pulang deh, eh terserah ding, mau nongkrong di Hermina juga gak apa apa kok, hehehe.

Setelah malam sebelumnya bedagang menonton Jerman vs Portugal, aku bisa juga bangun pagi. Kira-kira setengah 9 kami berangkat. Aku, mama, dan Kintan. Mbak Ma tunggu rumah, karena kendaraan yang ada hanya muat kami bertiga :D. Seperti biasa, Kintan yang punya kebiasaan tidur pagi tertidur di perjalanan menuju rumah sakit. Maklum, angin sepoi-sepoi jalanan mampu membuai membawanya ke alam mimpi. Bahkan saat daftar ulang ketika ditempeli nomor urut tanda peserta Kintan masih lelap. Selanjutnya? Biar foto aja lah yang bercerita...

Timbang badan. Kintan yang kaget (dan mau nangis) ketika terbangun sudah dikerumuni banyak orang.


Ditenangkan oleh mama.


Ketemu beruang yang lucu.


Mendapat hadiah biskuit dari mbak-mbak penjaga stan Milna.


Mendapat hadiah balon juga.


Pengukuran lingkar kepala oleh dr Huda Hilman (baju hitam) dan suster.


Menangis keras. Setelah beberapa kali (2x kalo tidak salah) imunisasi, Kintan mulai tahu bahwa ke dokter itu artinya disakiti (disuntik). Makanya ketika masuk ke ruang dan disapa dokter Kintan langsung menangis.


Tambah keras nangisnya, hehehe. Btw, gak nyangka kalo dokter Huda yang terkenal banyak pasiennya itu ternyata perempuan. Mama dan aku mengira beliau itu dokter laki-laki.


Nangis segera reda ketika acara di ruang dr Huda selesai. Saatnya menunggu antrian untuk periksa gigi oleh drg Widurini.


"aaaa, ... ayo aaa" "mmmamamama" "aaaaaa" Semua daya upaya dikerahkan agar Kintan mau membuka mulut. Dan susah


Akhirnya bisa juga. Giginya Kintan ada 2 dibawah. Di bagian atas masih terlihat garis putih saja, mungkin sebentar lagi tumbuhnya. drg Widurini menyarankan agar Kintan gigit karet agar gusinya menipis dan giginya cepat tumbuh.


Saatnya mengambil sertifikat, yeaaahhh


Sertifikat pesera lomba balita sehat. Ketika melihat sertifikat-sertifikat pesera lain tersenyum sendiri. Bayi-bayi yang lain difoto manis di studio dengan berbagai aksesoris. Eh, Kintan cukup nangkring di keranjang cucian. Hahahahaha.


Saatnya kemas-kemas dan pulang. Kintan sudah bosan digendong, maunya merangkak.


Beraksi kembali di rumah.


Semua peserta lomba mendapat suvenir, satu tas yang salah satu isinya sekaleng besar susu. Sayang susunya untuk umur 1 tahun keatas. Nah, karena susunya tidak terkonsumsi, barangkali ada yang berminat?

Hmm, menang gak ya? Hehehehe.

Sunday, July 9, 2006

Alat-alat untuk proses film B/W

Sambil nunggu pertandingan Portugal vs Jerman, iseng2 membuat catatan persiapan untuk memproses film B/W sendiri. Mari kita mulai :


Alat-alat yang diperlukan :
- Tank dan reel
Disini aku memilih tank dengan kapasitas 2 film 135. Tank ini juga bisa dipakai untuk 1 film 120 (siapa tahu ada kesempatan merasakan bermain-main dengan medium format :D). Disinilah film diproses sampai menjadi negatif. Pemilihan tank dengan kapasitas 2 film kumaksudkan untuk efisiensi waktu. Sekali proses 2 film. Tentu saja larutan yang dipakai lebih banyak. Rekomendasi dari tank yang aku pakai (JOBO Unitank 1520) 485ml. Bulatkan saja 500ml biar mudah menakar larutan.

Tank JOBO bisa dibeli di Primaimaging (Prima Color). Di Pasar Baru tank yang banyak dijual mereknya AP, lebih murah dari JOBO, kapasitas 2 film 135. JOBO mempunyai pilihan lebih banyak, misalkan mau pakai tank kapasitas 1 film 35 saja.

Tank dan reel ada yang terbuat dari plastik atau logam. Semua ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang tersedia di pasaran (Jakarta) saat ini hanya yang plastik. Yang aku rasakan, memasang film di reel plastik sangat mudah.

- Gelas ukur
Digunakan untuk menakar larutan kimia dan air. Aku memakai 2 gelas ukur, ukuran 600ml dan 50ml. Gelas ukur kapasitas 50ml digunakan jika perbandingan air dengan kimiawi (developer, stop-bath atau fixer) terpaut jauh. Sebagai contoh, Ilford LC29 bisa digunakan 1:19 bahkan 1:29, Tetenal ultrafin liquid mulai 1:10 sampai 1:30. Misalnya dipakai LC29 1:19. Untuk 500ml larutan hanya dibutuhkan 25ml developer. Dibanding gelas ukur ukuran 600ml tentu gelas ukur ukuran 50ml lebih akuran penakarannya. Gelas ukur besar digunakan untuk melarutkan 425 air ditambah 25ml developer. Bisa dibeli di Gramedia atau toko bahan kimia.

- Termometer cairan
Suhu merupakan salah satu komponen terpenting dalam memproses film. Rata-rata suhu yang direkomendasikan 20 derajad celsius. Beberapa developer optimal di suhu 24 derajad, TMAX developer contohnya. Percobaanku malam ini, butuh waktu sekitar 1 jam 15 menit untuk menurunkan suhu air PAM sebanyak 500ml di lemari es. Suhu air PAM rata-rata 27 s/d 28 derajad celcius. Idem.

-
Penjepit film
Dari namanya sudah bisa dibaca kegunaannya. Ya, untuk menggantung (pengeringan) film setelah selesai diproses.

-
Pengaduk
Untuk mengaduk larutan kimia.

-
Wadah cairan 600ml
Wadah ini berguna untuk menampung larutan developer, stop-bath, dan fixer. Makanya aku memakai 3 buah wadah, masing-masing ditandai biar tidak tertukar. Inginnya pakai kaleng bekas susunya Kintan, eh ternyata tidak tahan karat.

-
Wadah besar
Digunakan sebagai water jacket, mendinginkan dan menjaga suhu larutan. Tentu tidak mungkin menggunakan lemari es karena air sudah bercampur bahan kimia. Makanya digunakan water jacket. Wadah besar disini air + es batu. 3 wadah 600ml direndam disitu sampai stabil 20 derajad.

Untuk mempersingkat waktu tunggu, air didinginkan didalam es, mungkin sampai dibawah 20 derajad. Baru kemudian dilarutkan dengan bahan kimia dan ditaruh di water jacket.

-
Gunting
Untuk menggunting lidah dan pangkal film.

-
Pembuka botol
Untuk membuka tabung pembungkus film.

-
Kanebo
Hehehe, ini pengganti lap kain sebagai pembersih alat-alat diatas.


Tips : jika tidak mau ribet beli saja JOBO Lab Kit, alat-alat yang lain ( wadah cairan, gunting, pembuka botol, kanebo) gampang dicari di supermarket.

PR berikutnya : belanja developer, stop-bath, fixer, hypo clearing agent, wetting agent. Di Oktagon kosong, Primaimaging hanya menjual merek Tetenal (mahal bo). Di Capa Pasar Baru ada Kodak D76 tapi expired :(. Semoga minggu depan semua yang aku cari ada di Pasar Baru. Oh ya, nambah lagi, plastik tempat negatif, botol untuk menyimpan larutan.



Depok, 9 Juli 2006

Monday, July 3, 2006

Studio Alam TVRI, Depok

Informasi singkat bisa dilihat disini.

Kawasan ini bisa sebagai alternatif untuk membuat sesi foto bertema alam atau tradisional. Ya, disana dibangun miniatur kerajaan yang diperuntukkan untuk sinetron. Rumah-rumah tradisionalnya bisa juga sebagai seting pemotretan. Berikut foto-foto yang aku ambil, siapa tahu ada yang berminat membuat sesi foto disana.

I. Studio Alam dilihat dari luar


Hutan Studio Alam dilihat dari ujung gang perumahaan 


Pemandangan dari belakang komplek perumahaan. Salah satu spot bagi pehobi mancing.


Mancing di pinggiran danau.


Dari sisi lain.

II. Beberapa spot menarik didalam Studio Alam

Gerbang bergaya jaman kerajaan.


Rumah tradisional dengan ayam jago.


Ditengah rimbunnya pohon.


Sampan bambu. Jika dipakai untuk pemotretan tentu butuh pengamanan tambahan. Biasa dipakai untuk mancing di tengah danau.

Pepohonan besar yang teduh.

Rumah bergaya tradisional, biasa dipakai untuk keperluan sinetron.

Jalanan menuju hutan yang lebih dalam.

Gubuk reot dipinggir danau.

Pemandangan dipinggir danau.

Pohon roboh, masih dipinggiran danau.

Rumah Tarzan.

Gubug reot di tengah hutan.

Dedaunan kering yang berguguran.

Pas untuk meniduri eh menidurkan model (berpose tidur gitu :p).

Bangunan yang tak terpakai.

Sebenarnya masih ada beberapa spot yang belum aku dokumentasikan. Kalau tidak lengkap dan belum menggambarkan keseluruhan suasana disana ya mangap saja, eh maaf saja, hehehe. Kintan sudah merengek karena lapar dan harus segera pulang :D