Thursday, June 29, 2006

Tetanggaku ...

Foto tema bulan Juni - Poverty
Depok, Juni 2006










Wednesday, June 28, 2006

Kamera Rangefinder vs SLR

Karena keterbatasan ilmu aku paste saja link yang membahas perbedaan kamera ini. Yang jelas pakai kamera apapun kalau tidak bisa motret ya sami mawon. Does a Rangefinder Make You A Better Photographer? No, man behind the gun!
Aku pemakai SLR, juga rangefinder (baru-baru ini aja). Semua ada keasyikannya masing-masing. Untun motret model dengan lensa tele atau di studio tentu aku lebih suka pakai SLR (terutama digital, hehehe). Untuk street, hmmm ... jelassss Bessa R pilihan pertama saat ini!

menggunakan kamera rangefinder, apa enaknya?

Itu pertanyaan beberapa teman kantor yang tahu aku beli kamera kuno ini dan aku kasih tahu kamera jenis apa. Apalagi ketika tahu masih pakai film.

Hehehe, berikut beberapa hal yang aku rasakan ketika mencoba motret pakai kamera ini. Walau hasilnya belum ketahuan (karena filmnya belum di proses :p).
  • Kamera yang kecil, ringkas dan ringan. Enak dibawa sehari-hari (berangkat dan pulang kerja sambil hunting).
  • Pengoperasian mudah. Sama seperti memakai kamera-kamera manual fokus biasa. Walau ada sedikit masalah dengan framing karena sudah terbiasa dengan kamera SLR.
  • Tidak provokatif. Karena bentuknya yang kecil kamera ini mengurangi niat orang untuk merampok. Memang sih belum aku buktikan. Coba deh, bandingkan ketika hunting ke tempat-tempat yang agak rawan dengan berbekal kamera Nikon D2x dengan lensa VRnya. Dari bentuk dan ukuran saja orang bisa menebak ini kamera mahal. Selain itu motret orang dari dekat juga lebih mudah karena kameranya tidak memancing perhatian.
  • Lebih pede. Hahahahahaha, alasan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan :p
Kesimpulannya, kamera ini cocok dengan gaya foto yang sekarang aku gandrungi, street photogtaphy. Ingin tahu lebih detil, ayo hunting bareng nanti bisa mencoba sendiri :D

expose for shadow, develop for highlight

Sering aku mendengar ungkapan ini, terutama dari fotografer penggemar B/W, tapi baru 2 hari lalu aku tahu mengerti apa dibalik ungkapan ini. Memang sih masih sebatas teori, tapi daripada babar blas? Hehehe.

Ok, menurut yang aku ngertiin kira-kira seperti ini :
Ada suatu objek dengan pencahayaan natural (dari matahari gitu). Nah tentu ada bagian yang gelap (shadow) dan terang (highlight). Menurut ungkapan diatas, jadi yang diukur (pakai spot metering dong biar lebih akurat) adalah area bayangan (shadow) yang detilnya masih ingin dipertahankan. Jadi minimal di zone II. Nah karena metering menyamadengankan 18% abu-abu (zone V) maka hasil metering diturunkan 3 stop supaya nilainya samadengan zone II. Misalkan hasil pengukuran normal menyebutkan 60 - f2.8 maka meter kamera diset di 60 - f8 atau 500 - f2.8. Itu baru expose for shadow lho :p.

Bagaimana dengan develop for highlight. Ketika sudah mendapatkan nilai zone II (berdasarkan contoh diatas) ukur bagian paling terang yang ingin dipertahankan detilnya. Misalkan jatuh di zone 8(60 - f22). Ada selisih 6 stop. Padahal film hanya bisa merekam detil dengan rentang kontras 5 stop. Berarti bakal ada area yang dikorbankan dong kalau film diproses normal. Nah, untuk itu proses develop film dikurangi, N-1 supaya highlight jatuh di zone 7.

Jika objek yang dibidik mempunyai kontras yang rendah, anggaplah cuma 4 stop, supaya optimal developnya diubah menjadi N+1, sehingga kontrasnya pas 5 stop. Proses penambahan/pengurangan waktu develop ini utamanya mempengaruhi highlight saja. Tentu tidak semua film bisa dimain-mainkan seperti itu (bisa tapi hasil tidak/kurang bagus). Negatif yang kontrasnya pas tentu memudahkan proses pencetakan foto.

Bagaimana untuk film rol yang prosesnya satu tol bareng-bareng, tidak bisa dimain-mainkan seperti info diatas dong? Iya, ya satu rol tersebut diproses seragam. Main-mainnya diganti, bukan di develop film, tapi ketika printing. Gunakan kertas varibale contrast (multigrade) dan filter di enlarger untuk menyesuaikan kontras negatif. Nah, karena main-mainnya dipencetakan, maka developnya dikurangi untuk jaga-jaga. Jaga-jaga kalau saja ada film yang terexpose dengan kontras tinggi sehingga detilnya masih bisa dipertahankan.
Kira-kira begitulah kesimpulanku mengenai judul tulisan ini. Jika ada yang salah ya maaf-maaf saja, namanya juga fotografer amatir.

Prakteknya? Ini dia yang masih belum, hehehehe. Aku harap bulan depan sudah bisa mulai develop film sendiri :D.

Thursday, June 22, 2006

menuntaskan hasrat berburu foto di jalanan

Minggu kemarin entah kenapa aku merasa capek sekali, bermotor menembus segala halang rintang Depok-Jakarta sepanjang kurang lebih 30km. Memang sih macetnya cuma di beberapa titik saja, tapi yang namanya capek, jenuh, bosan ya manusiawi toh? Akhirnya aku juga mengalami problem banyak orang yang hilir-mudik keluar masuk Jakarta :D.

Untuk membuat segar pikiran aku mengisi hari Sabtuku dengan berburu foto. Hari itu (24 Juni '06) berbarengan dengan pertandingan futsal erte6 melawan IM2. Hasilnya kami kalah. Aku merasa gak enak juga karena datang di lapangan ketika pertandingan sudah usai. Maafkan aku temans. Dari Gambir berangkat berdua dengan Agus menuju Fatahillah, Kota. Mood motretku sempat hilang karena telat akibat menunggu Agus. Untunglah dengan berjalannya waktu perlahan moodku kembali dan bisa menikmati siang yang semakin menyengat.

Hunting kemarin menjadi spesial karena :
- hiburan disaat aku dikondisi kejenuhan yang tinggi
- berburu foto jalanan, street photography bahasa kerennya
- memakai kamera baru, hehehehehe
- ke Pasar Baru berburu film, melihat-lihat tank dan chemical untuk memproses film B/W

Intinya hasratku tersalurkan! Hahahahaha.

Terima kasih buat mama dan Kintan yang rela aku tinggal seharian (dari jam 9 s/d 6 sore). Buat Nunu, Tosan, Heri, Agus akhirnya aku nemu juga teman yang doyan street photo.

Wednesday, June 21, 2006

Voigtlander Bessa R, akhirnya ...



Stephen Gandy to me More options Jun 8
Have Fun!

Stephen
- Hide quoted text -



dry ae wrote:

> aha ... i see Stephen
> I found it!
>
> thanks bro :)
>
> On 6/8/06, Stephen Gandy
wrote:
>
> Hi,
>
> the lens hood is there
>
> pull off the lens cap
> instead of unscrewing it
>
> Njoy
> Stephen
>
>
> dry ae wrote:
>
>> dear Stephen
>>
>> Your package already arrived, by today. It is fast shipping. Thanks Stephen.
>>
>> I already check all boxes, one for camera body, another one for lens. I read the lens instruction manual, that the classic type include lens hood. But I check there is no lens hood, only lens cap. Is it sold separately? Or included?
>>
>>
>> thanks
>> Andri W
>>
>> On 5/27/06, Stephen Gandy
wrote:
>>
>> received
>> will ship Sat
>> Thank You,
>> Stephen
>>
>>
>> dry ae wrote:
>>
>>> ok, i this is what you want
>>>
>>> thanks
>>> Andri w
>>>
>>> On 5/24/06, Stephen Gandy
wrote:
>>>
>>> I do not open any zip files.
>>> please FAX or send as standard word.doc attachment
>>>
>>> Thanx
>>> Stephen
>>>
>>> dry ae wrote:
>>>
>>>> Dear Stephen
>>>>
>>>> Here my order, I order your silver bessa package. You can find my credit card data on attachment (use winrar or other zip software to open it). Sorry, I modify your form to make it aesy for me to full fill.
>>>>
>>>> To make it sure, here my shipping address :
>>>>
>>>> Andri Wibowo
>>>> Wisma Mulia 8th floor
>>>> Jl. Gatot Subroto Kav. 42
>>>> Jakarta, 12710
>>>> Indonesia
>>>>
>>>>
>>>> Thanks
>>>> Andri W
>>>>
>>>>
>>>> On 5/22/06, Stephen Gandy
wrote:
>>>>
>>>> correct
>>>>
>>>> Thanx
>>>> Stephen
>>>>
>>>> dry ae wrote:
>>>>
>>>>> thanks for your reply Stephen
>>>>>
>>>>> so, If I order your bessa package, i just send my credit card's data to your email (as word attachment) using your form?
>>>>>
>>>>> thanks
>>>>> Andri W
>>>>>
>>>>>
>>>>> On 5/19/06, Stephen Gandy <> wrote:
>>>>>
>>>>> $399 + 40 Express Mail only
>>>>>
>>>>> Thanx
>>>>>
>>>>> Stephen
>>>>>
>>>>>
>>>>> dry ae wrote:
>>>>>
>>>>>> Dear Stephen
>>>>>>
>>>>>> I'm Andri from Jakarta, Indonesia. I read about you in rangefinderforum.com. All say that you're good camera dealer, especially for voigtlander.
>>>>>>
>>>>>> Here my question Stephen. I interest with your cheap Silver Bessa R packet. On your website it was written 399 USD. I want to know how much I have to pay for shipping using UPS (United Parcel Service – www.ups.com) or DHL. Which one cheaper but also has good service (packaging and handling)? :D Of course I don't want my packet broken when arrive at my desk :)
>>>>>>
>>>>>> Here my shipping address :
>>>>>> Wisma Mulia 8th floor
>>>>>> Jl. Gatot Subroto Kav. 42
>>>>>> Jakarta, 12710
>>>>>> Indonesia
>>>>>>
>>>>>> I'm waiting your reply Stephen :)
>>>>>>
>>>>>> Regards
>>>>>> Andri W

---

Diatas merupakan transaksi pembelian kameraku yang (ter)baru. Setelah lama hanya mimpi dan membayangkan (menjadi) Henry Cartier Bresson ketika berburu foto-foto Decisive Moment. Atau foto-foto ala ball-saal. Hahahaha. Malu nih masak hanya senang punya kamera, niru lagi, tapi foto nol besar (semoga tidak).

rangefinderforum aku memutuskan bahwa bertransaksi dengan Stephen Gandy dari cameraquest cukup aman dan bisa dipercaya.

Finally, ... ya tinggal bayar tagihan kartu kredit di akhir bulan ini :D.

Air Untuk Proses Film B/W

Entah kenapa aku jatuh cinta dengan foto hitam putih, foto yang konon kata orang sudah usang, kuno. Dan karena itu pula aku bermimpi untuk bisa memproses film hitamputih sendiri. Awalnya senang dengan kemudahan teknologi digital untuk membuat foto B/W . Tapi setelah berjalannya waktu kok tidak puas dengan hasilnya. Sampai saat ini foto-foto B/W hasil kamera digitalku masih sebatas bagus di monitor :(.

Akhirnya aku putuskan untuk mulai perlahan terjun kembali ke dunia fotografi konvensional (pakai film). Tentu foto hitam putih dan slide untuk di cross process. Tuk foto-foto warna biasa, D70ku sudah lebih dari cukup.

Membaca majalah Fotomedia (sudah almarhum), Fotografer.net, dsb kutemukan bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal harus dimulai dengan penggunaan air yang pas (murniH2O). Air mineral tidak disarankan karena kandungan mineralnya mengacaukan larutan kimia developer. Air sumur dikhawatirkan membuat jelek negatif karena kotor. Harus disaring. Air ledeng, ada kaporitnya. Waduhhh, kok susah :(. Memang aku belum membuktikan sendiri nasehat-nasehat diatas. Mengingat yang memberi nasehat adalah fotografer top (seperti Kayus Mulia) ya aku iyakan saja.

Setelah tadi siang baca buku The Film Developing Cookbbok (by Stephen G. Anchel & Bill Troop) ada sedikit pencerahan untuk meneruskan mimpi memproses film hitamputih sendiri. Tips dari mereka untuk air : silahkan pakai air ledeng (tap water), sebelumnya rebus dulu selama 3 menitan dan diamkan semalaman (lihat di halaman 29 buku diatas).

Wah, semakin cerah saja jalan menuju mimpi, mengingat sumber air bersih utama dirumah adalah air pam. Sekarang tinggal mencari waktu yang pas untuk cuti, les privat di temanku, Akbar.

Monday, June 19, 2006

Surat Cinta Dari Mama

dear honey...

nggak terasa ya udah setahun lebih we've been together.
kalo inget saat2 dulu waktu mulai hamil sampe lahir kintan, memang perjuangan, kita bener2 diuji, aku dan juga papa. puncaknya waktu menunggu saat2 lahirnya kintan di rumah sakit. aku diuji dengan rasa sakit, dan papa diuji dengan segala macam hal yang harus dipersiapkan setelah nantinya pulang ke rumah, plus harus bersabar menghadapi aku waktu itu. but we've been trough it all very well, walaupun hanya berdua. aku belum sempat berterima kasih sama papa untuk itu, therefore, thank you very much ... :)

kintan udah hampir 9 bulan sekarang, dan aku bersyukur kintan punya ayah yg bener2 baik dan sayang. semua kebutuhannya tercukupi, kasih sayang dan perhatian. you are wonderful father, nggak semua orang bisa seperti itu.
papa hebat. thank you again for that... :)

last but not least (as there are so many things unsaid), thank you for papa, yang membolehkan aku memilih sendiri apa yang menurutku terbaik buatku, for your support and advice, semua itu tak ternilai.

hari-hari yg sudah kita lalui memang tidak selalu manis, karna selalu ada perjuangan di balik perjalanan, terima kasih sudah membimbing dan menjadi pemimpin yang baik. i'm happy with our family, yang kita bangun bersama2 sampai sekarang ini.

^_^

semua di atas untuk meminta maaf atas semua salah2ku
selama ini, maybe i'm not perfect but i always triying to
be the best for you :)

-for papa kintan, June 19 2006, after 522 days of marriage

*jadi inget semuanya waktu lewat tria dipa tadi pagi, how
i love u very much :)

~~~

I love u too ma, mmmuach @}----

Friday, June 16, 2006

Belajar Bersama Kintan


Masih hasil keisengan mama yang sedang jobless. Btw, dicetak poster bisa ngalahin poster-poster huruf/angka yang dijual mahal di Gramedia nih. Custom lagi, bisa sebagai hadiah lho. Digital custom di Adorama aja gak ada yang seperti ini!

Thursday, June 15, 2006

panggil namaku 3x

Beginilah klo mama sedang tidak ada kerjaan di kantor, Kintan jadi korban kejahilannya :p

Wednesday, June 14, 2006

Gak Lolos Kurasi Jakarta Eyemotion

Sebentar lagi publik pecinta fotografi di Jakarta akan disuguhi pameran bertajuk Jakarta Eyemotion. Aku tidak tahu pastinya kapan, tapi berkisar di akhir Juni, bertepatan dengan ulangtahun kota Jakarta.

Pameran kali ini rencananya melibatkan 10 klub foto, 8 dari kalangan mahasiswa 2 dari kalangan umum. Dari kalangan umum yang berpartisipasi Klub Foto Indonikon dan Rana Kreasi. Menjelang saat kurasi oleh kurator utama, Firman Ikhsan dari Oktagon, Rana Kreasi dinyatakan diskualifikasi, entah alasan apa. Aku tahu dari perwakilan KFI yang duduk di kepanitiaan. Dihari H saat kurasi, ternyata total hanya 8 klub yang berpartisipasi.

KFI, mengumpulkan 15 foto untuk dikurasi oleh Firman Ikhsan. Karena jatah maksimal satu klub 10 frame maka ada 5 foto yang gugur. Salah satunya fotoku. Menurut cerita Toton Hutomi, ketua KFI yang menjadi perwakilan klub di kepanitiaan, fotoku bersaing ketat dengan foto Wildan. Foto Wildan bercerita tentang penjual kopi di pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta Utara. Ada seorang kuli angkut kayu yang ngopi (atau membeli minuman penambah tenaga?). Dari penuturan Toton pula, bahwa ada klub foto yang cuma lolos 2 foto saja, karena kurator tidak memaksakan satu klub 10 foto. Kalau dianggap tak layak ya coret.

Aku sengaja memilih foto itu sebagai foto jagoanku (dari beberapa koleksi hasil hunting di Jakarta) karena memang saat itu moodku mengarah ke foto itu. Mama dari awal kurang sreg dengan foto itu karena abstrak banget, kurang greget untuk menunjukkan Jakarta. Sepertinya Firman sependapat dengan mama :D. Ada teman yang nyeletuk, "kalau kuratornya bukan Firman, yakin foto si Andri bakalan masuk", karena gosipnya dulu kuratornya ada dua, satu lagi Oscar Matuloh dari GFJA (Galeri Foto Jurnalistik Antara). "Kalau si Oscar yang ngurator, pasti masuk", begitu celetuk seorang teman yang diceritakan Toton kepadaku (semoga bukan sekedar nyenengin aku aja, hehehehe).

Tak apalah kali ini gagal ikut pameran, karena ada pelajaran berharga yang aku dapat dari proses kurasi, baik kurasi internal klub maupun kurasi dari kurator utama. Terima kasih buat Toton dan panitia yang sudah memberi kesempatan. Buat teman-teman yang lolos, Fery Indrawang, Wildan, Dadan, Akbar, Sernie, Imel, Nunu (siapa lagi ya?) selamat berpameran ya. Semoga mendapat apresiasi (laku) yang besar.

:)

Kintan, 8 bulan

Om-om, tante-tante, teman-teman ... ini foto Kintan terbaru, difoto ketika mandi ditemani mama papa dan bebekku.




photo by mama dan papa Kintan, design by mama, papa bisanya motret aja, payah nih papa :p

Monday, June 12, 2006

Ada Apa Dengan Presenter Piala Dunia di SCTV?

Jumat, 9 Juni 2006, pulang telat karena mengikuti kurasi foto untuk pameran Jakarta Eyemotion, padahal malam ini pembukaan Piala Dunia 2006 yang heboh.

Pihak SCTV (selaku pemegang hak siar tunggal di Indonesia) sampai mengadakan pawai untuk menyambutnya. Kalau Indonesia ikut bertanding di Jerman aku pikir pawai tersebut sangat pas sebagai wujud dukungan, nah ini. Heboh sendiri, membuat macet jalanan ibu kota, onani kalau boleh aku sebut. Selain acara puncak (pertandingan sepak bola), SCTV juga membuat program-program pendukung yang ditayangkan selama 2 jam. Entah apakah acara-acara ini punya rating yang tinggi dibandingkan acara reguler.

Kehebohan itu ternyata bertolak belakang dengan acara puncak pertandingan pembuka Piala Dunia 2006. Ketika jeda sebelum babak kedua Jerman vs Kosta Rika, dialog antara presenter dan komentator kok aneh. Danurwindo dan satu lagi bapak yang botak enak saja nyerocos soal pertandingan babak pertama dan prediksi-prediksi babak kedua. Bapak yang botak ini (maaf gak tahu namanya) memang sering muncul di acara Liga Inggris. Danurwindo, ya kita semua sudah tahu, beliau adalah praktisi sepakbola Indonesia, tepatnya pelatih, entah tim mana yang dia latih sekarang. Presenter utama, cewek yang sudah tidak muda lagi ini (emak-emak) terlihat canggung, kaku, pertanyaan-pertanyaannya pun juga tidak mencerminkan dia ngerti sepakbola, standarlah (kalau tidak boleh dibilang jelek). Untung Danur dan bapak yang botak itu bisa nyambung sehingga acaranya sedikit hidup.

Ternyata, dia hari kedua pun sama. Si ibu itu masih menjadi presenter, didampingi bapak yang botak. Hari ketiga sama saja, cuma ganti komentator. Tak ada kemajuan sama sekali. Acara dialog sebelum dan sesudah pertandingan terasa kaku dan aneh.

Hari ini, di detikcom kejanggalan ini menjadi berita. Aku kira banyak penonton yang kecewa dengan presenter piala dunia kali ini. Bandingkan dengan liga-liga reguler yang ditayangkan SCTV, RCTI, TV7. Jauh sekali mutunya. Masih dari detikcom, ternyata presentar ibu-ibu itu adalah anaknya pak Harto, biasa dipanggi Mbak Titik. Terlepas dan motif politik, penunjukan Mbak Titik sebagai presenter jelas membuat gaung piala dunia yang diteriakkan SCTV sejak tahun lalu menjadi hambar, antiklimaks dibanding kehebohan seperti aku sebut diatas. Bagaimanapun inti dari piala dunia memang ada di pertandingannya, tetapi kalau tidak dibungkus dengan baju yang cocok, kosmetik yang manis tak berlebihan, jangan harap acara ini sukses.

Aku yakin dalam hati kecil panitia penayangan Piala Dunia 2006 (SCTV) merasa kecewa dengan performa presenternya. Kalau mereka bilang ok-ok saja, ya ... manis di mulut aja. Lips sing, onani!

Semoga SCTV dan Mbak Titik mengerti dan tidak memaksakan diri.

update : dari berita ini, ternyata ceremonial pembukaan Piala Dunia 2006 tidak ditayangkan, untung aku telat, sehingga gak kecewa-kecewa banget. Memang sudah keterlaluan SCTV :(. Demi balik modal konsumen utama ditelantarkan.

Friday, June 9, 2006

pok ame ame

pok ame-ame, belalang kupu-kupu
sing makan nasi, kalau malam mimik cucuuuu
Bait diatas adalah kutipan lagu yang aku nyanyikan untuk Kintan akhir-akhir ini. Makin hari makin gemesin, luuucuuuu.

Diawali dengan merangkak, ... berhenti tiba-tiba trus duduk dengan dengan kaki ditekuk ke belakang, mulai deh tepuk tangan sambil duduknya ajut-ajutan mengikuti suara serakku menyanyikan lagu diatas.

Wednesday, June 7, 2006

Sukuran atau Sukurin

Jam 10 datang di kantor, di meja tergeletak sepotong kertas, bertuliskan seperti ini :

Info Penting & Undangan
Turut mengundang rekan2 sekalian, karyawan subdir NO ke acara perpisahan staf dari RAO, SNM & SQC.

Hari/Tanggal : Rabu/07 Juni 2006
Waktu : 11.30 - selesai
Tempat : Caffe & Restaurant 'Time Break'
Plaza Semanggi, Lt. UG, Depan Bread Talk

~~> See U there ....

Hmm, ... kesana gak ya?

Oh ya, sebelum ada undangan ini ada cerita yang erat berhubungan. Sebut saja Larry. Tiba-tiba ditegus bosnya, "Sudah dapat kost Lar?"

Friday, June 2, 2006

Underpass Pasar Minggu, Mengatasi Kemacetan?

Ya, benar kemacetan di Pasar Minggu akan terminimalisasi. Tapi hanya kemacetan di depan Robinson Pasar Minggu sepanjang tidak ada perbaikan aturan di sepanjang jalan Raya Pasar Minggu setelah terminal.

Setiap hari di hari kerja aku dan mama selalu melintas di Raya Pasar Minggu untuk menuju tempat kerja. Selalu karena lokasi kerja mama di Tebet. Dari Depok tentu Raya Pasar Minggu yang lebih pas untuk menuju kesana. Tadi pagi kebetulan berangkat agak siang, hampir jam delapan dari rumah. Kurang lebih 30an menit untuk sampai di Pasar Minggu. Karena hari sudah beranjak siang, pedagang di pinggir jalan sudah banyak berkurang, bis-bis bisa berjalan
lebih lancar, pun juga motor yang mengekor. Perjalanan melintasi Robinson dan terminal cukup singkat, padat merayap. Sempat lancar beberapa saat sampai akhirnya tersendat lagi, hanya beberapa meter dari pintu terminal!

Penyebabnya? Sudah bisa ditebak, angkot yang ngetem dan berjalan merambat mencoba mencari peruntungan. Sial!

Sudah menjadi pemandangan umum kalau (mayoritas) supir angkutan umum tidak patuh terhadap aturan di jalanan. Pengecualian untuk busway dan krl. Dan penumpang pun kadang tidak tertib, mereka lebih suka naik angkot dari luar terminal, alasannya karena tidak pakai nunggu penuh, langsung jalan. Akibatnya banyak penumpukan angkot di luar terminal, ujung-ujungnya angkot menunggu penuh penumpang diluar terminal dan membuat jalanan macet. Ditambah lagi tidak ada petugas yang tegas menertibkan angkot-angkot tersebut. Di jalan Margonda polisi lebih tegas. Tak jarang aku lihat angkot yang ditilang.

Itu baru cerita di sekitaran terminal Pasar Minggu. Sepanjang Raya Pasar Minggu banyak putaran balik yang mengganggu arus kendaraan. Contohnya : putar balik di dekat halte Brimob, Haji Samali, Pomad, dan masih banyak yang lain. Tapi di tiga area itu yang aku lihat menyolok diantara putar balik yang lain. Di Haji Samali misalnya, kendaraan dari jalur kanan (arah Pasar Minggu) bisa langsung belok 90 derajad masuk ke gang Haji Samali, memotong mentah-mentah arus kendaraan dari Pasar Minggu ke arah Pancoran/Kalibata. Kalau underpass Pasar Minggu dibuka, arus kendaraan akan semakin banyak yang memanfaatkan jalur ini karena kebuntuan teratasi. Bisa dibayangkan, kemacetan hanya akan pindah posisi. Belum lagi rencana Pemkot DKI untuk membangun busway koridor Pasar Minggu.

Kondisi saat ini, jalur Raya Pasar Minggu rata-rata lancar sampai HaJi Samali, atau Pomad. Setelah itu tersendat sampai Pancoran! Mampang seri 2 kah?