Wednesday, May 31, 2006

Menghitung Lama Sebuah Folder Kosong

Seorang teman di milist alumni sekolahku bertanya ke forum apakah ada yang pernah membuat shell script untuk menghitung berapa lama sebuah folder/direktori kosong tanpa file didalamnya. Oh ya, tentu di mesin bersistemoperasi unix. Jadi, temanku tersebut ingin membuat semacam alarm untuk menampilkan folder-folder yang kosong melebihi batas waktu (threshold), anggap saja 1 jam batasnya. 1 jam folder tersebut masih kosong, kirim alarm. Dia kesulitan di proses untuk pengecekan berapa lama suatu folder kosong.

Hmm, tertantang juga untuk mencoba. Berhubung hampir setiap hari berhubungan dengan mesin-mesin nix (walau bukan sebaga admin) siapa tahu bisa. Utak-atik, atik-utak, jrenggg, bisa juga! Tentu saja banyak kelemahannya. Yang terlihat mencolok adalah kalau ada di pergantian tahun, 1 januari 2007 jam 00 maksudku. Masih penasaran, tapi tak apalah, toh 2007 masih jauh.

Ok, dibawah ini scriptnya :

for nama_folder in `ls -l | grep drwx | awk '{print $9}'`
do
kosong=`ls $nama_folder | wc -l | sed 's/ //g'`
if [[ $kosong -eq 0 ]]
then
tgl_folder=`ls -l | awk '$9==folder' folder=$nama_folder | awk '{print $6,$7,$8}'`
echo "date --date='$tgl_folder' +%s" > get_time
chmod 744 get_time
t_folder=`get_time`

t_sekarang=`date +%s`
idle_time=`expr $t_sekarang - $t_folder`

echo "folder $nama_folder idle selama $idle_time detik"
fi
done

Untuk dieksekusi via crontab harus ditambahkan path di beberapa command.

Hasil uji coba :
[data@operasi sinau]$ ngitung.sh
folder nyoba1 idle selama 14772 detik
folder nyoba2 idle selama 11292 detik
[data@operasi sinau]$
Dari 3 folder yang aku punya yang tampil cuma 2 karena folder nyoba ada isinya 1 file. Ok kan?

Oh ya, kalau mau menggunakan script ini silahkan saja ambil, gratis!

Tuesday, May 30, 2006

Demam Pisang Ponti di Margonda

Tak diragukan lagi jalan Margonda sebagai pusatnya Depok menjanjikan peluang bisnis yang besar. Tengoklah kanan kiri jalan. Jika tertata rapi tak salah jika ada teman yang menyamakannya dengan Orchad Road di Singapura. Hehehe, ... jauh sih memang, tapi paling tidak mirip-mirip lah (maksa banget ya? :p).

Sebulan lalu mama cerita tentang ketenaran Pisang Ponti. Dia tahu dari obrolan teman naik bis. Karena penasaran aku tanya-tanya juga ke teman kantor. Benar, kata dia memang terkenal. Antrinya saja panjang. Bahkan hujan-hujan pun orang rela mengantri. Wow, penasaran tuk mencoba seenak apa sih pisang ponti. Tapi, ada tapinya lho. Ternyata rasanya tak seenak yang dibayangkan. Mereka yang rela antri panjang itu adalah mereka yang penasaran ingin mencoba, firstimer. Pernyataan ini dibenarkan juga oleh temanku. Tapi aku masih penasaran sebelum mencoba sendiri.

Ok, datang juga saat itu. Mama tak kekantor, jadi aku pulang bermotor sendirian. Oh ya, saat itu Kintan panas dan mencret, makanya mama aku minta absen. Kusempatkan mampir tuk beli pisang ponti. Saat itu, (setahuku) hanya ada 2 kakilima yang menjual pisang ponti di sepanjang jalan Margonda, dekat-dekat perumahan elit Pesona Kahyangan. Satu pisang harganya 5000 rupiah, aku pesan 4. Sampai dirumah kunikmati bersama-sama mama. Rasanya? Just okay. B, biasa saja, sama seperti pisang goreng biasa, menang di tepung doang.

Anda pernah makan ayam goreng Suharti? Nah kira-kira remahan tepungnya sama dengan pisang ponti, beda rasa saja. Jadi pisangnya terbungkus, berada ditengah tepung tersebut. Dan tebal, tidak tipis seperti pisang goreng pada umumnya. Jadi terlihat besar dan menggoda. Padahal pisangnya kecil dan sedikit, gede tepung pembungkusnya saja. Ada yang bilang pisang ponti itu sebenarnya ya pisang kipas, pisang goreng yang dibentuk seperti kipas. Lebih puas menikmati pisang kipas dibanding pisang ponti!

Walau banyak selentingan tak puas dengan pisang ponti, tapi ternyata pemainnya terus bertambah. Sekarang di sepanjang jalan Margonda bertebaran kakilima yang menjual pisang ponti. Dari yang punya stan kecil sampai besar. Entah mereka itu satu perusahaan yang membuat banyak stan atau memang banyak saja pemain-pemain baru di bisnis pisang ponti. Tak ketinggalan, Carefour pun menjualnya. Benar-benar demam pisang ponti.

Tertarik untuk mencoba?

Ke Gunung Pancar Mengejar Bintang

24 Mei 2006, 23:05 WIB.

Ada telp masuk yang nomornya tak kukenal. Begitu kusapa "Halo", ternyataa Akbar (teman dari Indonikon) yang telp menggunakan nomor flexinya. Pantas saja tak ada nama yang muncul ketika hp-ku berdering.

"Ya opo, sido melu gak?"
"Melu nang endi, bukane wis brangkat jam 7 mau?"
"Durung, mau ngenteni Sam, mangkane telat"
"Oooo, yo wis. Tak ijin ojob disik yo"
"Ok"

"Ma, ... boleh gak?", sambil cengar-cengir. Saat hp-ku berdering aku dan mama sedang becanda sambil nonton televisi, Kintan sudah terlelap.
"Udah berangkat sana, cepetan"
"Bener nih"
"Udah cepetan, sebelum keputusan berubah"

Segera menyiapkan tripod, F80, kabel release, film slide expired, tisu lensa, lenspen, blower, tas. Ribeeettt dan tergesa-gesa. Dan memang kepanikan dikejar waktu tunggu yang sempit membuat semuanya gak beres. Setelah semua lengkap, giliran kunci motor yang menghilang.

Waduh ... Akbar telp lagi.
"Sudah nyampe mana?"
"Sek Bar, sek siap-siap berangkat"

Mama ikut-ikutan panik mencari kunci. Semua gara-gara aku yang tergesa-gesa. Maaf ya ma :D.

Kringggggggg

"Sek Bar, sek ndek ngarep gerbang perumahan", padahal masih panik mencari kunci.
"Ok"

Hore, kuncinya ketemu. Ada di tempat terbuka yang karena kepanikanku sampai tak terlihat. Yang menaruh disitu juga aku, tapi aku sendiri yang lupa. Dasar otak tua.

"Ma, aku berangkat ya"
"Maaaa"
"Iya iya, cepetan sana"

Kulihat Kintan asyik dengan tidurnya. Aku tinggal dulu ya cayang, becok pagi papa dah pulang kok. Cipika, cipiki, mmmuach. Greengg ... motor melaju menembus pekat dan dinginnya malam.

(bersambung)

Aremania di NatGeo Indonesia

Sudah beli NatGeo Indonesia? Edisi Juni sudah terbit, pas long weekend kemarin kayaknya. Mei belum habis, edisi Juni sudah beredar. Gile juga yaks.

Headline edisi Juni seputar sepakbola dan suporternya. Nah, AREMANIA dibahas juga. Ini yang memumnculkan niatku tuk membeli majalah mahal ini. Kalau tak ada berita AREMANIA tak sudi uang 50 ribuku keluar untuk majalah ini. Hehehehe.

Tapi ... tapi sayang. Artikelnya sih OK, tapi foto-fotonya kurang greget. Jauhhhh dari yang aku reka-reka ketika Pak Rizky memberitahuku via sms bahwa AREMANIA dibahas di NatGeo. Aku pikir ada suguhan essay foto tentang AREMANIA. Atau paling tidak suguhan foto seri yang sangar. Eh, ngelethek tibake :(.

Eh, maaf ya buat fotografernya. Bukan maksud merendahkan hasil karya fotonya. Aku yakin pasti foto yang dibuat tidak sedikit, cuma yang boleh tampil sebagai muatan lokal dimajalah tersebut yang minim sekali. Ya, keputusan ada ditangan redaksi, mau seberapa dalam membahasnya (dan memberi ilustrasi fotoseri yang mumpuni).

Nasi sudah menjadi tahi, ... uang 50 ribuku sudah menjadi tumpukan majalah di meja kantor. Sudahlah, nikmati saja suguhan artikel dan foto-foto yang lainnya.

Viva AREMA dan AREMANIA!

Monday, May 29, 2006

Duka Tuk Jogja

Sabtu pagi tak sengaja melihat tayangan di televisi, Jogja diguncang gempa. Saat itu korban yang terdata masih sedikit. Memang digambarkan beberapa rumah roboh rata dengan tanah. Malam, korban jiwa dilaporkan lebih dari 2000. Hari ini, tak kurang dari 4000 nyawa. Dan mungkin (semoga tidak) akan bertambah.

Teman OB dikantor rumahnya retak. Alhamdulillah saat itu orangtuanya sedang berkunjung ke Jakarta sehingga tidak ada korban manusia.

Masyarakatpun antusias untuk mengumpulkan bantuan. Semoga antusiasme ini didukung dengan kelancaran pengangkutan bantuan tersebut ke Jogja. Jangan sampai karena urusan birokrasi mengakibatkan distribusi bantuan jadi tersendat. Masih ingat beberapa tahun silam ketika tsunami menghantam Aceh, banyak bantuan yang tidak terangkut karena minimnya transportasi. Untunglah saat ini Jogja bisa dijangkau lewat jalan darat dan udara.

Merapi belum usai, datang ujian gempa. Semoga warga yang menjadi korban tetap kesabaran dan kekuatan menghadapi hari esok. Tak ada yang bisa kukerjakan tuk meringankan mereka selain doa dan beberapa rupiah.

Mama, Kintan ... bongkar-bongkar lemari yuk.

Tuesday, May 23, 2006

Trisum, GILAAAAAAAA!!!!!!

Minggu malam kemarin (21/05/2006) aku ditakdirkan nonton konsernya Trisum, walau hanya di rekaman di TV. Telat ya? Hehehe, gpp lah. Jadi ingat ketika perjalanan pulang dari Jakarta melintasi pintu masuk Depok di Margonda terpampang iklan gede di pinggir jalan. Konser Trisum di Semanggi. Sempat bimbang, apakah harus balik lagi ke Jakarta dan ngantri tiket. Mama menyarankan balik aja ke Jakarta, kapan lagi nonton. Biar terpuaskan lihat dewa gitar negeri ini. Kuputuskan untuk pulang saja, lain kali kalau ada takdir pasti aku bisa nonton mereka main. Dan takdir itu datang minggu malam di layar Indosiar.

Bagaimana ya mengomentari permainan mereka? Mereka bukan hanya 3 gitaris saja, tapi plus drummer, bassist, pemain klarinet, suling, gendang. Top abisssss, gila pokoknya. Mainz in My Mind-nya Balawan, Gembala-nya Tohpati. Yang aku lupa judul lagu yang dimainkan solo Budjana. Pokoknya sangar, cap maut, top markotop. Emang beda dengar di kaset dengan nonton langsung. Kapan ya Trisum membuat album rekaman sendiri? Bukan album pasaran, tapi yang idealis tentunya.

Wednesday, May 17, 2006

Apa Yang Lebih Anda Prioritaskan?

Ada 5 kejadian secara bersamaan. Anda sendirian dirumah dan harus menangani semuanya sendiri. Tentu tidak bisa sekaligus karena tangan cuma 2. Yang jadi masalah mana yang Anda dahulukan.

Kejadiannya sebagai berikut :
1. Telp berdering
2. Air di bak mandi luber
3. Jemuran belum diangkat padahal hujan turun deras
4. Bayi menangis
5. Ada orang mengetuk pintu

Oh ya, apapun jawaban Anda semuanya BENAR. Cukup tentukan prioritas Anda tanpa banyak berpikir jika ada ini, maka aku kerjakan itu dulu karena disini ada ... ah tidak perlu rumit berpikirnya. Cukup jawab secara naluri jika hal tersebut diatas terjadi apa yang Anda akan prioritaskan.

Ketika trainerku (Pak Antara Wijaya) memberi pertanyaan ini, aku menjawab sebagai berikut :
4. Bayi menangis
2. Air di bak mandi luber
3. Jemuran belum diangkat padahal hujan turun deras
5. Ada orang mengetuk pintu
1. Telp berdering

Beliau langsung bertanya : "Sudah kerja berapa di t**l berapa lama Ndry?"

Friday, May 12, 2006

Reli Foto KFI

27 Februari 2005, Klub Foto Indonikon (KFI) mengadakan reli foto, hunting foto jalanan. Target dari Monas sampai Senayan dibagi empat stage. Stage I Monas sampai menara jam di jalan Thamrin, stage II Bundaran HI, stage ke III all about Busway dan stage terakhir (IV) belantara beton di sepanjang jalan Sudirman.

Dari setiap stage akan diambil satu pemenang, dan dari keseluruhan foto (tanpa memandang stage) diambil satu foto Best of The Best. Salah satu fotoku terpilih sebagai pemenang stage IV dan Best of The Best. Dimuat lagi di majalah Chip FOTO VIDEO, hehehehe. Bisa dilihat disini beritanya.

Berikut foto-foto yang aku kirim ke ajang tersebut :

Monas di minggu pagi.


Pak Welly, SATPOL PP yang bertugas menjaga ketertiban di sekitar HI karena jalur cepat ditutup untuk dikhususkan bagi pejalan kaki yang berjalan-jalan di minggu pagi.


Melintasi bayang-bayang di halte Busway.


BNI dilihat dari halte Busway di jalan Sudirman.

Thursday, May 11, 2006

Ngantuk Kok Diajak Mandi

Beginilah kalau orang tua memaksakan kehendak main sama anak, ngantuk-ngantuk pun diajak main air. Ya, tetap ngantuk dan bete, begitu mungkin dalam benak Kintan (7 bulan), hahahaha.












Wednesday, May 10, 2006

Jatuh Dari Tempat Tidur

Subuh, 10 Mei 2006. Gledugggg! Segera aku terbangun. Kulihat Kintan tak ada dikasur. Dia sudah terlentang di lantai. Aku menjerit, ... mama yang terbangun setelahku ikut menjerit melihat Kintan tergolek di lantai. Kami berdua panik. Kekhawatiran kami terjadi juga, Kintan jatuh dari tempat tidur. Untungnya (masih juga untung, dasar jawa) tempat tidur kami sudah tidak pakai dipan, tinggal kasurnya saja. Kira-kira 25an cm dari lantai.

Segera kugendong. Aku masih syok, mama pun seperti itu. Tak terasa aku menangis. Aku membayangkan bagaimana dia terjatuh dari atas kasur, kepala belakang yang empuk bertemu dengan ubin putih yang keras. Tentu bahaya, benturan yang keras bisa mengakibatkan gegar otak. Menurut buku panduan merawat bayi efek benturan akan terlihat setelah beberapa jam. Kalau benjol bisa segera terlihat. Tapi luka dalam yang belum bisa segera dideteksi, tanda-tanda adanya luka terlihat setelah beberapa jam. Sungguh, aku sangat khawatir. Untuk deteksi awal kami ajak di keluar rumah dan aku mainkan jari-jariku untuk menarik perhatiannya. Alhamdulillah, bola matanya masih bergerak mengikuti gerak jari-jariku.

Akhirnya Kintan bisa tenang dan tidur lagi. Kami berangkat ke kantor. Sebelum berangkat kami berpesan untuk melihat tanda-tanda yang ganjil seperti muntah, wajah yang pucat, hilang kesadaran setelah Kintan bangun.

Alhamdulillah, kabar sampai siang ini Kintan sudah ceria lagi. Duduk sambil nonton TV.

Sweeping Etnis Cina : Buntut Kasus Pembunuhan PRT di Makasar

Lihat tayangan Top 9 News di Metro TV semalam? Atau membaca berita di Detikcom pagi ini?

Apa-apaan aksi beberapa mahasiswa tersebut :(. Kasus pembunuhan yang boleh terbilang 'biasa' (lihat berita kriminal di televisi setiap harinya, lama Anda akan menjadi terbiasa melihat kasus-kasus seperti ini). Mengsweeping dan memaksa seorang warga etnis cina untuk berorasi mengecam pembunuhan tersebut. Apa maksudnya? Bagaimana kalau pembunuhan tersebut dilakukan oleh pribumi sendiri? Aku yakin tidak ada yang membenarkan tindak pembunuhan, lepas dari etnis apapaun. Sungguh, perbuatan BODOH! Menunjukkan budaya yang rendah. Apalagi ada embel-embel mahasiswa dari universitas yang mencatut Islam sebagai bagian dari nama universitas tersebut.

Suku bangsa apapun di negeri ini pasti punya dua sisi, baik dan buruk. Itu sudah sunnatullah, sudah tabiat manusia. Jadi di negeri multi etnis ini sudah tak seharusnya bersikap rasis, SARA, seperti itu. Islam mengakui semua orang itu punya kedudukan yang sama, yang membedakan adalah keimanannya. Bukan suku bangsa atau warna kulit. Lihatlah, betapa tinggi Islam menjunjung persamaan derajad manusia.

Akankah warga etnis cina kembali trauma seperti tahun 98?

Monday, May 8, 2006

Ada Apa Dengan Kintan

Minggu (7 Mei 2006) siang badannya terasa menghangat. Sore suhu tubuhnya mulai normal. Malam hari naik lagi. 38,7 derajad celcius menurut pembacaan termometer di mulutnya. Tidurnya tak nyenyak. Susah makan. Ketika disuapi bubur dan ditetesi obat penurun panas malah dimuntahkan. Tiap dua jam minum ASI. Tiap 15 menit terbangun, posisi tidurnya yang miring tiba-tiba menjadi tengkurap. Diikuti tangisan. Bergantian aku dan mama menjaga agar tidurnya tetap nyenyak.

Sabtu (6 Mei 2006). Mama terpilih sebagai tuan rumah arisan RT. Siangnya mbak Ma dibantu mama menyiapkan hidangan. Acara pun dimulai. Sebagai suami yang baik aku harus ikut menyukseskan gawenya mama :D. Kintan aku ajak main diluar, kakinya terasa dingin kena angin malam. Diluar banyak anak-anak yang menunggu ibunya arisan dirumah, jadinya rame dan Kintan senang sekali. Sesekali berteriak-teriak. Ketika mulai ngantuk dan merengek aku ajak ke kamar. Permainan ciluk-ba membuat dia tertawa terpingkal-pingkal, menghilangkan kantuknya untuk sementara. Dan arisan pun selesai.

Tadi pagi kami membawa Kintan ke dokter. Ini pertama kali Kintan sakit. Apalagi panasnya naik-turun-naik-turun. Takutnya ada gejala tak sehat yang kami tak tahu. Untunglah, tak ada apa-apa. Dokter bilang kemungkinan Kintan mau flu. Imun ditubuhnya sedang diuji. Dan pagi tadi sebelum ke dokter, Kintan lahap sarapannya. Mungkin lapar karena kemarin susah makan, hanya mengandalkan ASI. Habis sarapan terus tidur. Bangun tidur suhu tubuhnya sudah normal.

Dirumah, sepulang dari dokter Kintan sudah terlihat lebih segar. Walau belum seceriah biasanya. Biasanya dia banyak senyum, celoteh, dan ekspresi gemes. Senyumnya masih malu-malu kala kugoda ciluk-ba. Kata ortu, panas seperti itu sudah biasa. Mau pinter katanya. Atau Kintan berusaha mencuri perhatian karena Sabtu dia agak dicuekin gara-gara aisan? Hehehehe. Kintan makin hari makin gemesin. Kalau lapar dia bilang "meme meme". Sudah bisa berucap mama, papa. Duh, senangnya hatiku. Apalagi sekarang bisa melambai-lambaikan tangan seperti lambaian perpisahan, dadaaaaa dadaa daa Kintan, kira-kira begitulah (susah sekali mencari kalimat yang bisa menggambarkannya :p).

Semoga nanti malam, sepulangku dari kantor, aku akan disambut dengan senyum manisnya.

Adikku dan Sekolah STM

Pikiranku kembali melayang ke Turen, Malang. Dua mingguan lagi adikku, Gery akan ujian akhir. Hasil latihan kemaren sungguh menggenaskan, menggenaskan jika dilihat dari keinginannya di masa depan setelah lulus SMP. Dia ingin sekolah di STM. STM Telkom seperti aku, masnya. Aku rasa, dibenak dia melihatku lulus sekolah, langsung kerja dan mapan, training ke luar negeri, punya rumah sendiri. Dibandingkan dengan saudara-saudara yang lain yang belum seberuntung aku saat ini tentu aku sudah punyai nilai ++ dimata ortu dan adik-adikku. Tetapi, ... nilai matematika dia lemah, cuma 4! Rapornya pun tercetak merah di mata pelajaran matematika. Padahal teknik informatika, elektro, otomotif, listrik, sipil sangat mengandalkan kemampuan matematika.

Adikku orangnya minderan (aku dulu seumur dia saat ini juga sama), pemalu, tapi telaten. Dia telaten merawat binatang piaraannya, tanaman-tanamannya. Nilai mata pelajaran yang lain juga rata-rata bagus. Tujuh paling tidak. Dari situ aku punya keyakinan jalur teknik bukan jalurnya. Dia punya potensi lain yang lebih berprospek. Siapa tahu otak kanannya lebih dominan dibangin otak kiri. Tapi siapa yang tahu?

Ingin aku mengajak dia bicara lebih mendalam, mencoba memberi gambaran potensi dia yang lebih dari sekedar melihat kakaknya beruntung di jalur teknik. Atau mengajak psikotes. Tapi apa dia ngerti? Bukan maksud meremehkan. Ketika aku SMP, hal-hal seperti itu aku tak mengerti. Lingkungan mengajariku sekolah yang benar, lulus dengan nilai yang tinggi sehingga mudah mencari kerja. Melihat potensi diri? Seingatku tak ada pikiran seperti itu ketika aku sekolah, sMP dan STM Telkom. Nilai tinggi, lulus cepat kerja. Oh ya, dari SD aku selalu bilang akan sekolah STM nanti ketika selulus SMP. Menurutku saat itu, lulusan sekolah kejuruan lebih mudah mencari kerja dibanding sekolah umum. Ortuku sependapat soal ini. Wawasanku terbuka ketika aku menginjakkan kaki di Jakarta. Bertemu,mengamati dan bertukar pendapat dengan orang-orang yang latar belakang pendidikan, pekerjaan yang berbeda. Bidang kerja itu luassss sekali. Tapi itu di ibukota!

Kembai ke Gery yang ingin sekolah di STM Telkom. Aku terlibat diskusi kecil dengan bapak, membicarakan sekolah Gery. Bapak tahu Gery hampir mustahil untuk masuk STM Telkom. Alternatif bapak adalah STM di kecamatanku, sebut saja STM Turen. Siswa STM ini terkenal bengal, maaf aku tahunya dari tetangga-tetanggaku yang menjadi murid disana dan obrolannya seputar tawuran dan cewek. Guru yang sadis, ringan tangan seperti ospek STPDN. Tapi aku tak boleh mengeneralisir. Aku ingin Gery masuk ke lingkungan pendidikan yang sehat. Penuh persaingan positif. Keinginanku saat ini, Gery ke SMA dan melanjutkan kuliah dengan jurusan selain teknik, tapi aku sendiri tak tahu potensinya. Sebenarnya bapak sependapat denganku, tapi beliau takut kalau nantinya Gery mutung. "Salah sendiri dulu aku minta sekolah STM gak boleh" Bapak takut kalimat itu terucap dari mulut Gery. Aku sadar kalimat itu punya efek besar disaat-saat dia menjalani kehidupan di masa depannya. Hmmm, ... mungkin ada mutiara yang terpendam dilumpur. Mutiara tetaplah mutiara, walau terbenam di lumpur, akan terus dicari.

Aku tak tahu takdir Gery di ujian akhir nanti. Siapa tahu dia lulus dengan nilai tinggi? Siapa tahu ternyata dia diterima di STM Telkom? Atau, siapa tahu di STM Turen nanti dia akan menjadi mutiara? Siapa tahu masa depannya lebih cemerlang dibanding kakaknya yang hanya jadi kuli di Jakarta? Siapa tahu?

Friday, May 5, 2006

Aksi Berkuda di Teater Jengis Khan

Perkenalan dengan Jengis Khan dimulai ketika membaca buku 100 tokoh paling berpengaruh di dunia karya Michael Hartz. Saat itu aku masih SD, dan tentu saja kesulitan mengerti isi buku itu. Hanya kulihat urut-urutannya saja dan so pasti gambarnya, hehehe.

Awal Januari tahun ini aku berkesempatan mengunjungi Shenzen, kota bisnis di China yang umurnya masih 20an tahun. Sudahlah jangan membuat perbandingan dengan ibukota negara kita, sakit hati. Ada oleh-oleh yang menarik dari sana selain Lolex. Yaitu kesempatan mengunjungi Chine Folk Culture Village, TMII kalau diibaratkan dengan Jakarta. Udah deh nggak usah dibanding-bandingkan isinya, bagaimanapun rumput tetangga lebih hijau :D.

Sayang, sungguh sayang saat itu keinginan eksplorasi dikalahkan nafsu belanja barang palsu. Indonesia banget ya? Emberrrrrr. Walhasil hanya sempat menikmati suguhan teater Jengis Khan. Karena tidak tahu sejarahnya ya akhirnya hanya bisa terkagum-kagum dengan atraksi berkuda pemain-pemainnya. Persis di film-film laga cina, didukung dengan sound-system yang ok punya. Derap kaki kuda semakin membahana, membawaku ke alam imajinasi Mongol tempo dulu.

Sebagai oleh-oleh berikut beberapa foto aksi berkuda pemain teater Jengis Khan. Andai saja aku bisa merekam setiap detilnya sehingga tergambar bagaimana alur cerita, tapi sayang sekali aku tak tahu kisah Jengis Khan, bagaimana sejarah penaklukannya. Tak apalah, yang penting masih ada oleh-oleh dari sana. Minimal bisa buat bahan cerita ke Kintan nantinya. Silahkan menikmati :). Oh ya, kalau mau mencela juga dipersilahkan, halal kok.












Thursday, May 4, 2006

Laporan Mingguan

Ini pekerjaan yang sangat aku benci dikantor. Kalau saja di penilaian kerja item ini dimasukkan, pasti nilaiku di item ini akan jatuh. Entah, aku bukan orang yang rapi dalam dokumentasi. Malassss bawaannya kalau sudah diingatkan si bos soal kerjaan ini.

Kalau dipikir-pikir laporan adalah peluru untuk menunjukkan perfomansi ke manajemen, yang tentu berpengaruh ke reward (bonus).

Ada yang salah nih. Gak bisa begitu, ini menyangkut perfoma kerjaku. Bagaimanapun keluargaku hidup dari gajiku setiap bulannya. Kalau sampai penilaianku turun bisa gawat nih, hehehe.

Aku membuat batch script untuk setiap pekerjaaan. Yang aku lakukan hanya mengecek apakah ada error. Hampir semua pekerjaan rutin di kantor sudah aku otomatisasi. Jika ada ya terpaksa aku menjalankan manual script tersebut. Tapi hanya tinggak ketik di prompt dan selesai sudah. Oh ya, semua berjalan di server, aku remote setiap hari. Server tersebut bersistem operasi SUN. Data yang dikeluarkan scriptku, itu yang aku pakai sebagai bahan laporan mingguan. Karena alasan sekuriti, aku tidak bisa langsung transfer file dari PC ke server tersebut. Semua harus aku kerjakan satu-persatu. Aku belum sempat membuat script untuk mempermudah pembuatan laporan ini. Kelihatannya mudah saja, toh hanya bermain dengan file teks aja kok. Ini saatnya untuk membuatnya. Iseng-iseng berhadiah. Jadi ketika bos minta tinggal menjalankan command, kalau perlu dibuat cron job yang terseksekusi seminggu sekali. Aku harapkan aku hanya tinggal cetak ke printer saja.

Ok, ... mari bekerja lagi!

Wednesday, May 3, 2006

Demo Buruh Kok Rusuh?

Sedih membaca berita di detikcom sore ini. Demo buruh berakhir rusuh. Pagar DPR roboh, atap halte jebol. Baru saja banyak pihak memuji demo Mayday yang aman dan tertib, ehhh ... sore ini :(

Ulah provokator kah? Sayang sekali, aksi suci ini dikotori ulah oknum-oknum tak bertanggungjawab.

Tuesday, May 2, 2006

[FOTO] Sore di Jimbaran

Siapa yang tidak kenal Jimbaran? Makan malam di pinggir laut, ditemani gemuruh ombak dan warna senja yang eksotis. Jimbaran semakin terkenal di dunia sejak meledaknya bom Bali II, 1 Oktober 2005.

Kunjunganku kali ini adalah kali ke 2, semua di bulan Desember. Seperti biasa, pantai Jimbaran di bulan Desember sangat kotor. Pantai dipenuhi sampah bawaan laut. Apapun yang bisa dibawa ombak dan didamparkannya. Sandal, sisir yang rompal satu giginya, balok kayu, ranting, pembungkus makanan. Pantai Kuta juga mengalami hal serupa, tapi petugas kebersihan sigap setiap pagi mengangkuti sampah-sampah dari laut. Dua kali kesana tidak pernah melihat sekalipun petugas membersihkan sampah, bisa jadi ketika aku sudah pulang petugas tersebut datang membersihkan. Frekuensinya saja yang tidak sesering Kuta.

Ternyata sampah-sampah tersebut bisa memberi rejeki tambahan bagi keluarga nelayan. Mereka memulung sampah plastik untuk kemudian dijual kembali. Atau, jika mereka menemukan sesuatu yang masih bisa dipakai akan mereka pakai, sisir misalnya. Dibalik onggokan sampai dipinggir pantai sering ditemukan binatang-binatang laut seperti kepiting kecil, kerang. Entah mereka mengumpulkan itu untuk dimakan atau sebagai apa.



Suasana dibelakang pasar ikan Jimbaran.


Anak nelayan Jimbaran.



Berangkat melaut.


Memulung sampah laut. Beberapa diantara mereka tidak hanya memunguti sampah di pinggiran pantai, tapi sampai ke tengah.


Memindahkan sampah ke keranjang untuk dikeringkan. Ibu ini bersama si anak menggunakan perahu untuk memunguti sampah laut yang bisa dijual.


Laut yang kotor tidak membuat semangat berenang surut.


Atau bermain pasir di tepian yang lebih bersih.


Bahkan memainkan kepiting yang dipungut dari tumpukan sampah. Dunia anak-anak memang dunia bermain.

Fear Factor : Flying in Indonesia = D A N G E R !

Aku mendapat artikel ini dari milist alumni sekolahku, dikirim oleh Chandra_TH_Kurnia@telkomsel.co.id. Terlepas validitas data-datanya, artikel tersebut membuka mataku (Anda juga?) bahwa murah meriahnya harga tiket pesawat saat ini patut diwaspadai, sangat patut malahan. Indonesia gitu loh, apa sih sarana transportasi yang laik? Mungkin busway, itu di Jakarta. Atau KRL ekspres, mungki lah itupun sudah dianggap tak laik jalan di Jepang, lagipula yang kecelakaan selama ini hanya yang ekonomi. Kesimpulannya, murah kok mau selamat :(

---

Pada waktu saya kembali dari liburan di Bali, saya menggunakan Adam Air rute Denpasar - Jakarta. Saya mendengar maskapai yang relatif baru ini dari beberapa teman, yang menyebutkan bahwa maskapai ini mempunyai pesawat-pesawat yang relatif baru dan diijinkan terbang ke Singapura.

Kedengarannya maskapai ini sangatlah bagus, khususnya jika menyangkut masalah tiket sekali jalan yang hanya Rp. 295.000,- yang sedikit lebih mahal dari penerbangan "metro-mini" Lion Air. Penawaran ini sangat bagus, berdasarkan pengalaman saya tinggal beberapa tahun di Indonesia. Tapi kemudian saya mulai berfikir bahwa ini terlalu bagus dan pasti ada yang salah dengan semua ini.

Bagaimanapun, saya memutuskan untuk mencoba keberuntungan saya dan terbang bersama Adam Air, yang ternyata banyak orang juga berfikir sama karena pesawatnya sudah penuh di booking?

Waktu naik pesawat Adam Air, saya segera melihat bahwa Boeing 737-400 tersebut, engine cover-nya penuh dengan goresan (scratch), sayapnya sangat kotor dan banyak cat-nya yang cacat, pintunya juga terlihat sangat tua dan sangat jauh dari ekpektasi saya akan pesawat baru.

Bagaimanapun, saya tetap memutuskan untuk menguji level keberanian saya untuk tetap terbang dan masuk ke pesawat. Sebagai catatan, saya mencatat kode registrasi pesawat PK-KKI (lihat Table Adam Air di bawah).

Sesampainya di Jakarta, saya mencari kode tersebut di database penerbangan dan "Pesawat Baru" tersebut pertama kali terbang pada 10 Desember 1988, yang artinya umurnya sudah 17 tahun, dan kalau dibandingkan dengan umur manusia, berarti usianya menjelang 50 tahun.

Dalam catatannya juga disebutkan bahwa pesawat ini mempunyai jam terbang yang tinggi, dimana sebelumnya digunakan oleh Sahara India Airlines, Sierra National Airline dan Air Belgium (pemilik pertama). Sungguh merupakan catatan yang menarik untuk sebuah pesawat. Sekarang pertanyaannya adalah apakah saya yang kurang beruntung sehingga mendapatkan satu-satunya pesawat tua di Adam Air, atau apakah semua pesawatnya memang tidak sebaru seperti yang saya harapkan?

Mengikuti rasa keingintahuan saya, coba lihat Tabel Pesawat Adam Air berikut yang menyajikan informasi umur dari masing-masing pesawat :
No Registrasi Penerbangan-Pertama Umur
1 PK-KKF 737-200 12-02-1980 26
2 PK-KKN 737-200 21-03-1980 25
3 PK-KKQ 737-200 16-01-1981 25
4 PK-KKJ 737-200 03-02-1982 24
5 PK-KKL 737-200 12-04-1984 21
6 PK-KKE 737-300 31-08-1987 18
7 PK-KKP 737-200 31-05-1988 17
8 PK-KKH 737-400 11-07-1988 17
9 PK-KKU 737-300 04-08-1988 17
10 PK-KKI 737-400 10-12-1988 17
12 PK-KKD 737-400 22-12-1988 17
13 PK-KKR 737-300 09-01-1989 17
14 PK-KKS 737-400 28-01-1989 17
15 PK-KKT 737-400 05-09-1989 16
16 PK-KKG 737-400 07-01-1991 15
17 PK-KKC 737-400 09-01-1992 14
18 PK-KKA 737-500 10-06-1997
(hanya satu pesawat yang agak aman?? Bagaimana dengan yang lain??)

Melihat tabel tersebut, saya benar-benar beruntung, dimana pesawat berumur 17 tahun yang saya tumpangi termasuk yang baru dibandingkan dengan pesawat Adam Air lain dengan kode regirtrasi PK-KKN (KKN adalah singkatan paling popular di Indonesia untuk Korupsi-Kolusi-Nepotisme), yang umurnya 25 tahun.

Dibandingkan dengan usia manusia, pesawat ini sama dengan manusia berumur hamper 80 tahun dan mungkin sudah memesan tempat di kuburan.

Berdasarkan tabel di atas, kita bisa menghitung umur rata-rata pesawat Adam Air, yaitu 18 tahun. Sebenarnya, hanya ada satu pesawat yang umurnya kurang dari 10 tahun, dan jika saya tidak salah, ini pasti pesawat yang diijinkan mendarat di Singapura.

Jelas, banyak penumpang memilih Adam Air karena berfikir tentang pesawat yang baru, padahal armada sebenarnya dipenuhi oleh pesawat polesan seperti baru (refurbished) dengan hanya satu pesawat yang relatif baru, yang digunakan tim marketing Adam Air untuk menciptakan image, atau lebih tepat khayalan, tentang terbang dengan pesawat baru. Mungkin definisi Adam Air tentang pesawat "baru" adalah definisi untuk penerbangan lokal Indonesia, dan mungkin persepsi saya lah yang salah.

Untuk memverifikasi hal tersebut, saya membandingkan umur rata-rata pesawat dari beberapa penerbangan di Indonesia, dan inilah Statistik Umur Pesawat Penumpang di Indonesia :
Garuda Indonesia Umur 10.0 tahun
Lion Air Umur 17.3 tahun
Adam Air Umur 18.1 tahun
Awair Umur 18.8 tahun
Merpati Umur 21.6 tahun
Batavia Umur 23.4 tahun
Sriwijaya Air Umur 23.5 tahun
Mandala Airlines Umur 23.9 tahun
Bouraq Indonesia Airlines Umur 25.1 tahun
Mengejutkan! Dengan armada berumur 18 tahun, Adam Air menempati urutan ketiga dari armada dengan pesawat terbaru di Indonesia. Garuda Indonesia
memimpin dengan armada berumur 10 tahun.

Hal lain yang sangat mengejutkan adalah Lion Air menempati urutan kedua dengan armada sedikit lebih muda, yaitu 17 tahun?? Itu hampir setengah kali lebih tua dari armada Garuda Indonesia. Urutan terakhir ditempati oleh Bouraq Indonesian Airlines, dengan umur pesawat 25 tahun, yang memberikan saya ide tentang Fear Factor stunt-man Terbang bersama Bouraq" untuk trial & error penyakit ketakutan terbang (flying phobia).

Mandala Airlines menempati urutan kedua dari terakhir. Melihat hal ini, saya teringat dengan kecelakaan pesawat Mandala Boeing 737-200 pada 5 September 2005 yang menelan korban hampir 150 orang. Pada saat kejadian, pesawat PK-RIM tersebut berumur 24 tahun.

Sebagai pembanding, pesawat Lion Air McDonell-Douglas MD-82 yang mengalami kecelakaan di Airport Solo pada 30 November 2004 dan menelan korban 25 orang, berumur 20 tahun. Pada laporan terakhirnya, jam terbang pesawat tersebut 56,674 jam dan telah melakukan pendaratan 43,940 kali! Saya pikir bukanlah suatu kebetulan kalo pesawat-pesawat yang mengalami kecelakaan berumur paling tidak 20 tahun.

Sebagai pembanding, saya mengecek umur rata-rata pesawat dari maskapai-maskapai pemilik sebelumnya pesawat Adam Air PK-KKI yang saya tumpangi.
Blue Panorama Airlines Umur 11.6 tahun
Sahara India Airlines Umur 10.5 tahun

Sangat menarik ternyata, 11.6 tahun dan 10.5 tahun, yang membuktikan bahwa kedua maskapai di atas merasa bahwa pesawat tersebut terlalu tua untuk beroperasi, sementara manajemen Adam Air berpikir bahwa mengoperasikan pesawat berumur 17 tahun adalah benar-benar tidak bermasalah??? SNOBBISH ! But FOOLISH ? (Congkak! Tapi Tolol?)

Mencari di beberapa Koran, saya menemukan beberapa artikel yang bisa menjadi kesimpulan dari tulisan ini :

Yang pertama datang dari The Jakarta Post (11 Februari 2006): Sebuah pesawat Adam Air Boeing 737-300 yang melayani rute Jakarta-Makasar, terpaksa mendarat secara darurat pada hari Sabtu, di bandara kecil Tambolaka, Sumba-NTT; disampaikan oleh juru bicara Adam Air. Pesawat tersebut berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta pada jam 6:20 a.m. dengan 145 penumpang. Pesawat dijadwalkan mendarat di Bandara Hasanuddin Makassar pada jam 9:25 a.m. waktu setempat.Begitu menurut Suwandi, Supervisor Adam Air di Makassar.

"Tapi, masalah navigasi membuat pilot Tri Tuniogo kehilangan kontak dengan bandara tujuan", ucap Suwandi. Pesawat kemudian ditemukan telah mendarat di Tambolaka pada jam 9:45 a.m. waktu setempat. "Tidak ada yang terluka dalam insiden ini", ucap Didik, public relation Adam Air Jakarta, yang menambahkan juga bahwa pendaratan darurat dilakukan karena kondisi cuaca yang buruk. "Berdasarkan kondisi cuaca, terjadi badai atau hujan lebat yang memaksa pilot untuk mendarat - kami belum mendapat informasi lebih lanjut," ucap Didik. Jadi, ini masalah cuaca buruk dan pesawat harus mendarat. Tidak ada yang aneh kan? Sampai Anda baca terbitan selanjutnya pada hari Valentine.

Kementrian Perhubungan mengangap Adam Air telah melakukan pelanggaran serius dalam pengoprasian pesawat, tapi masih memerlukan bukti mengenai insiden serius pada sistem navigasi pesawat.

"Ini adalah pelanggaran serius dan yang pertama kali terjadi pada penerbangan di Indonesia," ucap Dirjen Perhubungan Udara, Iksan Tatang, menjawab pertanyaan
wartawan pada hari Senin.

Pesawat Adam Air Boeing 737-300 dengan nomer penerbangan DHI728, melakukan pendaratan darurat di Tambolaka, Sumba Barat-NTT, setelah berputar-putar selama 3 jam karena kegagalan navigasi dalam perjalanannya dari Jakarta melewati NTT, dimana dirjen mengatakan bahwa pesawat tersebut seharusnya tidak boleh terbang karena masih ada pemeriksaan yang tertunda oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Direktorat Sertifikasi Kelayakan Terbang.

Itu sangat menarik! Awalnya insiden ini terjadi karena cuaca buruk, dan sekarang karena kegagalan sistem navigasi. Huh?

Saya pikir cerita sebenarnya adalah pelanggaran serius yang dilakukan oleh Adam Air.

Untuk Anda ketahui, dua orang teman saya terbang dari Manado dengan Lion Air dan pesawatnya mengalami permasalahan serius sampai-sampai pramugari memerintahkan semua penumpang memakai jaket penyelamat. Untungnya penerbangan berakhir tanpa insiden, dan tidak ada satu pun Koran yang menulis berita tentang kejadian ini. Mungkin karena KKN yang saya sebutkan sebelumnya.

Mungkin Anda bertanya-tanya seberapa tua Boeng 737-300 yang mengalami kegagalan sistem navigasi tersebut. Melihat umur armada Boeng 737-300 Adam Air, pesawat tersebut pastilah berumur paling tidak 17 tahun. Mungkin pesawat terlalu muda 3 tahun untuk masuk dalam daftar kecelakaan pesawat di Indonesia.

Lihat gambaran keseluruhannya, saya memprediksi akan ada paling tidak satu kecelakaan pesawat lagi di Indonesia sebelum tahun 2006 berakhir.

Dare you flight with cheap airline...?
Have a nice flight everyone !!!

Monday, May 1, 2006

Protes yang Elegan

Ketika aku masih sekolah SD sampai SMP banyak aku dengar kalau Indonesia itu masyarakatnya ramah. Tampaknya kenyataan ini hanya ada di brosur pariwisata. Dimana setiap senyum berarti kepingan rupiah. Kenyataan riil? Demo berakhir rusuh. Protes berujung pengrusakan membabibuta, pembakaran, yang paling ringan sweeping. Menyedihkan.

Banyak yang bilang berbeda pendapat itu biasa di alam demokrasi, tapi kenyataannya sering kali perbedaan tersebut disudahi dengan tindak anarkis. Berbeda 180 derajad antara mulut dan tangan.

Untunglah masih ada pihak-pihak yang mengutarakan perbedaan pendapatnya dengan elegan, dengan cara yang santun. Mereka mengajariku bagaimana menyatakan protes ketika mereka merasa harus melayangkannya. Pramoedya yang ditindas Orde Baru menggunakan buku sebagai media protes. Iwan Fals, Dewa, Jamrud memanfaatkan lirik lagu sebagai ajang menyampaikan pendapatnya. MMI membakar buku-buku beraliran kiri dengan membeli buku tersebut sebelumnya. Penolak RUU APP menggunakan pawai budaya untuk menyuarakan keberagaman budaya yang terancam punah jika RUU APP disahkan. Pihak pendukungnya menyelenggarakan istighosah sebagai dukungan moral kepada legislatif.

Kemarin sore ketika menonton TV, sekilas melihat tayangan infotaintment yang memberitakan pemblokiran karaoke milik Inul Daratista oleh Forum Betawi Rempug. Tindakan ini sudah menyalahi hukum. Tak ubahnya FPI yang merusak kantor penerbit Playboy Indonesia. Seperti sudah biasa kita dengar, FPI sudah berkali-kali diberitakan bertindak anarkis sak karepe dewe, sak enak udele dewe. Aku belum pernah membaca, mendengar bahwa legal sebuah organisasi/massa merusak, menutup usaha orang lain yang sah secara hukum. Indonesia negara hukum, mempunyai hukum dan aparat-aparatnya (walau terkenal sangat korup), tapi bukan berarti main hakim sendiri menjadi sah di negeri ini. Atau memang itulah budaya Indonesia? Budaya main hakim sendiri.

Sampaikanlah protes dengan cara yang cerdas, elegan. Tunjukkan ketinggan budaya kita. Masih ingatkah Anda ketika sebuah survey di Jogja beberapa tahun lalu mengatakan 90% (aku lupa angka pastinya) mahasiswi tidak perawan? Hasil survey ini menggegerkan para orang tua yang memiliki putri yang akan dan sedang menempuh kuliah di kota gudeg itu. Aku lihat ini sebagai sebuah sinyal protes dari pihak-pihak yang merasa berkepentingan menyuarakan kepeduliannya pada moral. Protes yang cerdas. Tanpa ada gertakan razia-razia pemilik kost disana langsung tergerak menertibkan rumah kost mereka. Cerdas bukan?

Masih hangat diberita-berita soal kerusuhan pilkada Tuban. Sekali lagi menunjukkan rendahnya budaya masyarakat Indonesia. Harusnya mereka bisa berkaca pada kasus pilkada Depok. Protes melalui saluran yang disediakan KPU digunakan dengan efektif, sampai tingkat Mahkamah Agung. Memang ada benturan-benturan di masyarakat saat itu, tapi tidak sampai ke tindak pengrusakan.

Hari ini, 1 Mei 2006, para buruh berdemo menyuarakan suara mereka. Draft revisi UU ketenagakerjaan menyulut aksi ini. Serikat pekerja di kantorku mengirim beberapa orang untuk ikut berdemo, entah berapa jumlahnya. Sayang, saat ini aku single fighter, karena aku ingin ikut turun ke jalan. Semua pihak berharap demo akan berlangsung damai. Tidak ada pengrusakan atau tindak anarkis lain. Sekilas di televisi aku lihat mereka yang berdemo mendorong-dorong pagar besi. Gejala-gejala anarkis mulai terlihat. Akankah demo buruh diidentikan dengan anarkisme?

- yang menjadi buruh sejak 10 Oktober 2000 -

Pramoedya Ananta Toer Meniggal Dunia

Aku berduka cita. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah negara ini berduka kehilangan sastrawan terbesarnya? Kenyataannya banyak orang Indonesia yang tidak kenal beliau. Ataupun kalau kenal langsung melekatkan memicingkan kedua alis begitu mendengar namanya disebut. Stempel dia adalah PKI masih melekat dibenak beberapa orang Indonesia. Tak dipungkiri dia memang beraliran kiri. Siapapun penguasa saat itu jika ada yang menurut dia tidak benar dia akan bersuara. Dan penjara sebagai ganjaran. Membaca beberapa halaman bukunya, Realisme Sosialis sedikit menguak misi apa dibalik karya-karyanya. Yang aku tahu selama ini hanya dia dimusuhi Orde Baru karena keterlibatannya di Lekra, lembaga kesenian yang berafiliasi dengan PKI. Tentu generasi seperti aku tidak tahu kondisi tahun 60an yang sesungguhnya. Sejarah yang dipelajari di sekolah sudah dimodifikasi versi penguasa saat itu. Beda orang beda penuturan. Mereka yang pro kiri akan berkata X, yang pro kanan berkata Y. X dan Y saling bertentangan, saling menjatuhkan. Entahlah mana yang benar dari semua yang mengaku benar.

Terlepas dari semua itu, aku merupakan pengagum karya-karya beliau. Komunis, sosialis, kapitalis, pancasilais, atau is apapun aliran dia aku tidak mempermasalahkan. Kritik-kritik dia untuk negeri ini sangat masuk akal dikaitkan dengan kondisi carut-marut saat ini. Tanpa tedeng aling-aling dia mengungkapkan uneg-unegnya di buku Saya Terbakar Amarah Sendirian yang berisi wawancara Pram dengan Andre Vltchek dan Rossie Indira.

Minggu (30/04/2006) sekitar pukul 08:30 dia menghembuskan nafas terakhirnya. Beliau meninggal di usia 81 tahun sejak kelahirannya 6 Februari 1925. Lepas sudah semua beban yang beliau emban selama ini. Pekuburan Karet menjadi tempat penantian kiamat nanti. Semoga Allah memberinya jalan yang mudah di akhirat. Sebagaimana yang saya tahu dia mengaku tidak percaya Tuhan (baca buku Saya Terbakar Amarah Sendirian). Ketika kondisinya kritis, keluarga menuntun beliau tuk mengucap kalimat tahlil dan istighfar.

Selamat jalan Bung! Ragamu telah mati, tapi tidak dengan buah pikirmu. Kalau macan mati meninggalkan belang, Pram mati mewariskan pemikiran besar untuk negeri ini.